Suara.com - Para ilmuwan untuk pertama kalinya mengumumkan telah berhasil menemukan air di sebuah planet yang berada di luar tata surya kita. Planet itu juga disebut memiliki suhu udara yang cocok untuk mendukung kehidupan seperti di Bumi.
Dua kelompok peneliti pada pekan ini mengumumkan mereka berhasil menemukan uap air dalam atmosfer sebuah planet yang berjarak 110 tahun cahaya dari Bumi, tepatnya di konstelasi Leo.
Uniknya planet bernama K2-18b itu memiliki ukuran dua kali lebih besar dari Bumi. Ia, yang ditemukan pada 2015 lalu, mengorbiti sebuah bintang kerdil dalam jarak yang pas, sehingga suhu di permukaannya layak untuk mendukung kehidupan.
K2-18b adalah satu-satunya planet sejauh ini yang diketahui memiliki air dan memiliki suhu yang sesuai untuk dihuni oleh kehidupan seperti di Bumi.
Baca Juga: Pimpinan NASA Keukeuh Kategorikan Pluto Sebagai Planet
Meski demikian para ilmuwan di balik penelitian itu menekankan bahwa terlalu buru-buru jika menyimpulkan planet itu bisa dijadikan koloni baru manusia.
"Ini jelas bukan Bumi kedua," kata Angelos Tsiaras, astronom dari University College London, Inggris, pemimpin penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Astronomy itu. Jurnal itu sendiri diterbitkan Rabu (10/9/2019).
Secara terpisah temuan yang sama juga diumumkan oleh para ilmuwan Kanada pada Selasa (9/9/2019). Dalam penelitian yang akan diterbitkan di jurnal Astronomical Journal itu para astronom bahkan yakin bahwa ada hujan di K2-18b.
"Studi ini menunjukkan langkah terbesar dalam upaya menemukan kehidupan di planet lain, untuk membuktikan bahwa kita tidak sendiri di alam semesta," kata Bjorn Benneke, ilmuwan dari University of Montreal, Kanada yang memimpin studi itu.
Ukuran Planet K2-18b sekira dua kali Bumi, tetapi massanya delapan kali lebih besar. Saat ditemukan para ilmuwan hanya mengetahui bahwa planet itu memiliki permukaan batuan, tetapi belum mengetahui keberadaan air di sana.
Baca Juga: Astronom Temukan Planet Raksasa Bermassa 2.800 Kali Lebih Besar dari Bumi
Induknya, sebuah bintang merah kerdil, diduga berukuran lebih kecil dan lebih adem ketimbang Matahari, induk tata surya kita. Matahari sendiri termasuk kategori bintang kerdil kuning.
Kesimpulan bahwa K2-18b memiliki air diperoleh para peneliti setelah menganalisis data-data yang dikumpulkan oleh teleskop antariksa Hubble.
Saat ini, demikian hitungan para astronom, K2-18b membutuhkan 33 hari untuk mengelilingi bintang induknya. Itu artinya satu tahun di sana setara dengan satu bulan di Bumi. Suhu di permukaanya berkisar atara minus 73 derajat Celcius hingga 47 derajat Celcius.
Radiasi yang dipancarkan bintang induk diyakini berisiko memicu kanker pada manusia yang berkunjung ke planet tersebut. Meski demikian para peneliti menduga kehidupan di K2-18b - tentu saja jika ada - berevolusi dengan cara yang berbeda dari di Bumi.
Kini para ilmuwan berharap bisa menjelajah jauh ke permukaan planet memanfaatkan teknologi penginderaan yang lebih canggih dari teleskop antariksa James Webb milik Amerika Serikat dan Ariel milik badan antariksa Eropa. Dua teleskop itu akan diluncurkan pada dekade 2020 mendatang. [ABC]