BJ Habibie dan Crack Progression Theory yang Terkenal di Dunia Penerbangan

Kamis, 12 September 2019 | 14:18 WIB
BJ Habibie dan Crack Progression Theory yang Terkenal di Dunia Penerbangan
Mantan Presiden BJ Habibie menghadiri pembukaan Sidang Tahunan MPR Tahun 2017 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (16/8/2017). [Antara/Akbar Nugroho Gumay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dikenal sebagai sosok ilmuwan dan bapak teknologi Indonesia, BJ Habibie juga lekat di dunia penerbangan. Presiden Republik Indonesia ke-3 ini dikenal dengan progression theory yang begitu penting dalam dunia penerbangan khususnya pesawat terbang.

Crack progression theory merupakan teori yang digunakan untuk memprediksi titik mula retakan pada sayap pesawat terbang. BJ Habibie sukses membuat merumuskan perhitungan mendetail yang presisi hingga tahapan atom.

Kontribusi BJ Habibie dalam teori ini jelas merupakan penemuan paling penting dan mengejutkan dalam dunia penerbangan.

BJ Habibie sadar betul jika sayap pesawat yang kokoh ternyata memiliki struktur yang berongga-rongga. Bagian struktur saya pesawat ini berfungsi untuk menahan tekanan besar dan terus menerus saat perusahaan beroperasi.

Baca Juga: Kotak Kecil yang Bergambar Ainun Ada di Sisi Peti Jenazah BJ Habibie

Sayap pesawat memikul beban berat saat pesawat take off, landing, hingga megalami turbulensi. Bagian ini penting untuk menahan beban yang besar dan dalam waktu terus menerus.

Pesawat N250 Gatot Kaca karya BJ Habibie. (Wikipedia/Public Domain)
Pesawat N250 Gatot Kaca karya BJ Habibie. (Wikipedia/Public Domain)

Selama kurang lebih 40 tahun, para pekerja dalam dunia penerbangan tidak pernah tahu mengenai kerusakan yang ada di sayap pesawat. Keterbatasan alat pada masanya yang membuat hal ini sulit ditangani hingga menimbulkan kecelakaan pesawat secara terus menerus.

Pesawat biasanya mengalami kelelahan pada bagian penghubung saya dan body utama pesawat terbang. Pasalnya, dua bagian ini sering kali melakukan pekerjaan besar saat take off, landing, dan turbulensi.

Hal ini yang lalu membuat timbulnya retakan atau crack. Awal retakan biasanya berukuran 0,005 milimeter dan terus menjadi besar dan bercabang. Jika tidak juga terdeteksi, retakan ini akan sangat mengancam dan bisa saja langsung patah saat take off.

Pada masanya, masalah satu ini cukup sulit dipecahkan oleh para ilmuwan. Hingga BJ Habibie muncul dan mengungkap titik awal retakan berdasarkan hasil penghitungannya.

Baca Juga: 5 Nama Ini Dipanggil BJ Habibie Sebelum Meninggal

BJ Habibie meninggal dunia. (Suara.com/Oke Atmaja)
BJ Habibie meninggal dunia. (Suara.com/Oke Atmaja)

Teori temuan BJ Habibie ini yang lalu dipakai oleh seluruh industri penerbangan dunia. Berdasarkan perhitungan tersebut, resiko kecelakaan menjadi berkurang dan proses perawatan menjadi lebih mudah serta murah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI