"Tapi saya percaya bahwa dengan mendengarkan berbagai perspektif, akhirnya akan membuat kita menjadi masyarakat yang lebih kuat dan lebih berpengetahuan, meski kita tidak setuju dengan sebagian pandangan tersebut," jelas dia.
Sebagian besar cara melindungi keterbukaan bukan hanya dengan pedoman yang memungkinkan perbedaan dalam menyatakan pendapat, tetapi juga dengan langkah-langkah yang diambil untuk memastikan komunitas yang bertanggung jawab.
Hanya terdapat kurang dari satu persen konten bermasalah di YouTube dan terus diupayakan pengurangannya. Namun, jumlah yang sangat kecil ini memiliki dampak yang sangat besar, baik terhadap potensi bahaya bagi pengguna, maupun hilangnya kepercayaan pada model terbuka yang memungkinkan munculnya komunitas kreatif.
"Salah satu asumsi yang kami dengar adalah bahwa kami ragu untuk mengambil tindakan terhadap konten yang bermasalah karena konten tersebut menguntungkan bisnis kami. Ini tidak benar!" tegas Susan.
Baca Juga: Atta Halilintar Pamit dari YouTube, Prank?
Pada kenyataannya, dia menjelaskan, akibat dari tidak diambilnya tindakan yang memadai dalam jangka panjang menyebabkan kurangnya kepercayaan dari pengguna, pengiklan, dan pengguna, serta kreator kami.
Kebijakan baru YouTube meliputi penghapusan konten melanggar kebijakan secepat mungkin.
"Kami selalu berusaha untuk membuat kebijakan kami lebih jelas dan lebih efektif, seperti yang telah kami lakukan terhadap konten lelucon (pranks) dan tantangan, keselamatan anak, dan ujaran kebencian (hate speech) pada tahun ini," ujarnya.
YouTube juga mengedepankan sumber berita resmi saat orang mencari berita atau informasi, khususnya selama momen berita penting terbaru.
"Galeri berita penting dan berita utama kami tersedia di 40 negara dan kami terus memperluasnya," kata dia.
Baca Juga: YouTube Kini Bisa Diputar di Waze
Tidak sampai di situ, YouTube juga mengurangi penyebaran konten yang hampir melanggar kebijakan.