Suara.com - Ada jutaan, bahkan miliaran bintang di alam semesta yang luas ini, tentu manusia tertarik untuk membeli sebuah bintang dan menamainya sendiri. Namun, mungkinkah hal itu terjadi?
Penamaan sebuah bintang diatur oleh lembaga khusus yang berhak menamai objek-objek alam semesta, disebut International Astronomical Union (IAU). Oleh karena itu, untuk menamai sebuah bintang maka harus mendapatkan persetujuan dari IAU.
Sejauh ini, ada sebagian bintang dengan nama-nama tradisional yang telah diwariskan para astronom terdahulu. Sementara, bintang-bintang lainnya diberi nama dalam beberapa ratus tahun terakhir oleh para astronom yang paling berpengaruh di masanya.
Namun, sebagian bintang lainnya, terutama bintang redup, hanya diberi koordinat dan kode angka dalam sebuah katalog. Ada jutaan bintang di luar sana yang hanya dinamai dengan kode huruf dan angka, misalnya bintang 2MASS J18365633+3847012.
Baca Juga: Ilmuwan Temukan Bintang Langka, Bisa Prediksi Masa Akhir Matahari
Dilansir dari laman IAU, adanya perbedaan penamaan tersebut ditujukan untuk memudahkan dalam menemukan, mendeskripsikan, mendiskusikan, dan mempelajari sebuah bintang. Penandaan bintang secara alfanumerik biasanya diurutkan menurut posisinya dan membuatnya menjadi lebih mudah dicari dalam katalog bintang.
Sementara, bintang-bintang dengan nama populer seperti Sirius, Rigel, dan Aldebaran hanya diperuntukan bagi bintang-bintang terang yang bisa diamati dengan mata telanjang, meski tidak praktis untuk katalog bintang.
IAU sendiri sebenarnya tidak pernah membuka kesempatan kepada siapapun untuk membeli bintang dan menamainya sendiri. Pasalnya, IAU berpendapat bahwa akan jauh lebih berguna bagi para astronom untuk mencari serta mempelajari bintang daripada sibuk menamainya.