Memanggil Orang Papua Monyet itu Sangat Jahat dan Berbahaya

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 20 Agustus 2019 | 16:00 WIB
Memanggil Orang Papua Monyet itu Sangat Jahat dan Berbahaya
Poster anti rasisme warga Papua. [dok]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nick Haslam, pakar psikologi dari University of Melbourne, Australia membeberkan hasil penelitiannya yang menunjukkan bagaimana memanggil manusia dengan nama binatang, seperti yang terjadi pada mahasiswa Papua di Jawa Timur, memiliki makna merendahkan dan menimbulkan rasa jijik.

Membandingkan manusia dengan hewan itu problematik tapi sulit untuk tidak dilakukan. Kita memang hewan, tapi kita hewan yang yakin bahwa kita bukan sekadar hewan.

Saat kita menyamakan orang dengan makhluk lain akan muncul masalah, misalnya saat fans olahraga menyebut makian rasis, atau Donald Trump menyebut Presiden Suriah Bashar al-Assad seekor binatang, atau saat mahasiswa Papua diduga disebut monyet di Surabaya, Jawa Timur, belum lama ini.

Orang mengggunakan perbandingan dengan hewan untuk berbagai ekspresi, banyak di antaranya yang positif. Hewan yang imut dan kecil, misalnya, dipakai sebagai nama kesayangan untuk anak-anak atau kekasih.

Baca Juga: Bantah Mau Pulangkan Mahasiswa Papua, Wakil Wali Kota Malang Minta Maaf

Sementara itu, hewan yang memiliki nilai tertentu dijadikan simbol sifat manusia: orang yang berani disebut berhati singa; orang yang mahir menilai sesuatu disebut bermata elang. Orang-orang mengidentifikasikan diri dengan hewan yang menjadi lambang atau maskot klub-klub sepakbola.

Metafora hewan lainnya lebih netral dan menjadi cara mudah menggambarkan karakter manusia. Menyebut orang domba artinya menyebut mereka gampang patuh; menyebut orang ayam atau tikus artinya menyebut mereka penakut atau malas. Menyebut orang sapi atau kodok berarti menyamakan bentuk fisik mereka—alih-alih sifat psikologis—mirip dengan hewan itu.

Perbandingan-perbandingan ini berbeda-beda dalam setiap budaya dan bahasa. Di Barat, burung hantu itu bijak, tapi di India burung hantu itu bodoh. Dalam bahasa Inggris, hiu digunakan untuk orang yang suka bohong dan rakus, tapi dalam bahasa Persia artinya laki-laki yang tidak punya atau hanya punya sedikit jenggot.

Banyak metafora hewan yang terang-terangan menghina—alih-alih menyamakan sifat tertentu. Menyebut orang babi, tikus, kera, monyet, anjing, belatung, atau lintah memiliki makna derogatif serta tudingan emosional dan moral yang keras.

Metafora yang menghina

Baca Juga: Veronica Koeman: Dosa Indonesia pada Papua adalah Rasisme

Dalam sebuah penelitian, saya dan kolega saya menyelidiki makna yang disampaikan lewat rupa-rupa metafora hewan dan mempelajari apa yang menyebabkan metafora ini menjadi hinaan. Kami menemukan dua sebab yang cukup kuat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI