Suara.com - Para ilmuwan diketahui telah menyusun rencana untuk membangun koloni di Mars. Meski begitu, misi tersebut dinilai terlalu berbahaya, mengingat Mars tidak seperti Bumi yang diciptakan laik huni. Namun, tampaknya para ilmuwan telah memiliki beberapa solusi agar umat manusia dapat bertahan hidup di Mars.
Dari segi geografis, Mars memiliki kutub-kutub yang berisi tudung es, memiliki area lembah yang besar, bahkan memiliki air dalam bentuk cair di bawah permukaannya yang kering. Hal tersebut membuat Mars seolah tampak serupa dengan Bumi sehingga mencetuskan ide para ilmuwan untuk mencoba menetap di sana.
Namun, sayangnya kini kondisi Mars sangat ekstrem, karena berupa gurun pasir dingin yang tanahnya penuh dengan radioaktif beracun. Tak hanya itu, menurut NASA, planet merah tersebut hanya mendapatkan 40 persen tenaga Matahari yang didapatkan Bumi sehingga menjadikan Mars sebagai planet miskin energi.
Sumber energi lain seperti tenaga angin dan tenaga panas planet juga tidak dapat digunakan karena hampir tidak ada atmosfer di Mars. Untuk mengatasinya, sumber energi lain yang bisa digunakan adalah nuklir. Jika reaktor tersebut berhasil dikembangkan oleh para ilmuwan, maka sumber energi tersebut akan cukup untuk mengoperasikan pangkalan kecil pada tahun-tahun awal kolonisasi Mars.
Baca Juga: Ternyata Mars Punya Kehidupan Lebih Awal Dibandingkan Bumi
Di sisi lain, kerapatan atmosfer Mars hanya sebesar 1 persen dibanding kerapatan atmosfer Bumi dan hampir seluruhnya terdiri dari karbon dioksida. Oleh karena itu, habitat tempat manusia hidup di Mars perlu memiliki tekanan dan diisi dengan atmosfer buatan yang terdiri dari nitrogen dan oksigen. Menurut Planetary Society, untuk mewujudkannya maka para ilmuwan harus memastikan habitat tempat tinggal manusia di Mars nanti memiliki bentuk tabung atau bulat.
Jika bentuknya kotak, maka sudut dan dinding yang datar akan sangat rapuh terhadap tekanan buatan. Sebaliknya, bentuk tabung atau bulat akan mampu menahan tegangan perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar planet. Tak hanya itu, pintu-pintu tempat tinggal tersebut pun harus kedap udara atau manusia akan terkena radiasi. Selain itu, tempat tinggal pun perlu dilapisi dengan karbon dioksida beku yang tebal yang dapat langsung diperoleh dari atmosfer Mars.
Bahaya lainnya yang mengancam manusia adalah debu Mars. Menurut Space.com, debu-debu tersebut terdiri atas muatan elektrostatis yang beracun jika terhirup. Dengan begitu, umat manusia perlu robot penjelajah untuk misi-misi awal pendaratan. Robot-robot penjelajah tersebut bisa dikendalikan dalam habitat untuk melakukan penelitian, eksperimen, hingga membangun sesuatu tanpa manusia harus keluar dari habitat.
Sayangnya, hingga saat ini tampaknya para ilmuwan harus mencari solusi untuk mengatasi perbedaan gravitasi di Mars dan Bumi. Menurut NASA, tarikan gravitasi Mars yang hanya sebesar 38 persen dari gravitasi Bumi dapat menyebabkan masalah serius, seperti kematian otot, tulang keropos, masalah jantung, hingga pembuluh darah. Bagaimana, berminat pindah ke Mars?