Suara.com - Tak ada lagi nama Advan dalam lima daftar penguasa ponsel Indonesia per Q2 2019 versi dua firma analis pasar, yaitu Canalys dan Counterpoint Research.
Meski begitu, satu-satunya vendor lokal yang tersisa di kompetisi industri ponsel ini tidak lantas panik dengan hasil riset tersebut.
"Kondisi itu normal dalam bisnis. Tapi, (nilai transaksi) Advan sebenarnya tidak turun, hanya (vendor) yang lain saja naiknya signifikan," jelas GM Marketing Advan M. Aria Wahyudi selepas peluncuran Advan G2 Pro di kawasan Menteng, Jakarta, pada Kamis (15/8/2019).
Bahkan pada kuartal pertama 2019, kata Aria, Advan sebenarnya masih masuk lima besar vendor ponsel di Indonesia. Namun situasi berubah di kuartal kedua tahun ini lantaran tergeser oleh realme yang mencatatkan pertumbuhan pangsa pasar terbaik.
Baca Juga: Advan G2 Pro Meluncur dengan Harga Rp 1 Jutaan
Meski begitu, hasil riset tersebut dinilai Aria sebagai bahan pembelajaran dan evaluasi agar bisa meningkatkan penjualan di sisa tahun ini.
"Kami sadar yang dihadapi bukan perusahaan main-main. Mereka mungkin sudah menggelontorkan uang ratusan miliar untuk bisa mencapai posisi seperti sekarang. Tetapi kami yakin betul, dengan rencana yang sudah disusun matang, kami akan coba mengambil posisi itu kembali, meskipun memang tidak mudah," lanjut Aria optimis.
Karena perbedaan amunisi modal finansial itulah, Advan akan menyiapkan langkah alternatif agar bisa terus berkompetisi di pasar ponsel Indonesia yang kian kompetitif.
"Untuk melawan perusahan yang modalnya besar, kita harus smart. Mesti hati-hati dan pintar melihat pasar ketika ingin meluncurkan sebuah produk, serta lebih efektif berkomunikasi," imbuhnya.
"Advan punya produk yang bagus-bagus, tetapi sejauh ini belum terkomunikasikan dengan baik, misalnya dari sisi spesifikasi dan harga yang terjangkau. Jadi ke depan kami akan melakukan strategi komunikasi yang lebih intim ke konsumen agar dapat respon yang lebih positif," tandasnya.
Baca Juga: Aturan IMEI Diperketat, Advan Yakin Jualannya Makin Moncer