Suara.com - Jupiter diyakini sebagai planet terbesar di tata surya. Secara keseluruhan, planet ini didominasi oleh gas awan yang berputar. Meski begitu, inti Jupiter diyakini hanya sebuah planet kecil dipenuhi batuan padat.
Berdasarkan laporan New Atlas yang dilansir pada Jumat (16/8/2019), data penyelidikan dari pesawat luar angkasa milik NASA, Juno, mengungkapkan jika inti planet itu kurang padat dan lebih menyebar.
Kemudian, sejumlah ilmuwan juga meyakini bahwa pada masa awal tata surya, planet dengan ukuran 10 kali lipat lebih besar dari Bumi telah menabrak Jupiter.
Sebagai informasi, data yang dibawa Juno kemungkinan valid, mengingat pesawat antariksa milik NASA ini telah mengitari Jupiter selama lebih dari tiga tahun. Sebelum mendapatkan data itu, Juno menebar sejumlah instrumen untuk mengambil sampel dan mempelajari gas raksasa yang menyelimuti Jupiter. Juno juga telah memotret foto-foto awan di planet itu, dengan tingkat ketajaman yang lebih baik dari sebelumnya.
Baca Juga: Jelang Pidato Kenegaraan Presiden NKRI, Begini Kondisi Lalin Jakarta
Sementara itu, studi baru yang melibatkan para astronom dari Universitas Rice di AS dan Universitas Sun Yat-sen di China, memiliki teori baru untuk menjelaskannya.
Menurut mereka, tabrakan kolosal di masa lalu membentuk inti planet, sekaligus menyebabkan adanya lapisan gas yang kini menyelimuti Jupiter. Oleh karena itu, lapisan gas tebal itulah yang membuat Jupiter terlihat lebih besar daripada planet lainnya di tata surya.
Selain itu, mereka juga mempercayai bahwa tabrakan besar atau Big Bang itulah yang menyebabkan orbit antarplanet saat mengelilingi Matahari jadi teratur.