3 Fakta tentang Hujan Meteor Perseid

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 14 Agustus 2019 | 19:25 WIB
3 Fakta tentang Hujan Meteor Perseid
Ilustrasi hujan meteor Perseid. [Shutterstock/Hareluya]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hujan meteori perseid yang terjadi pada pertengahan Agustus ini sayang untuk dilewatkan. Terjadi hanya setahun sekali, fenomena langit ini bisa dinikmati hampir di seluruh belahan Bumi.

Menurut Space.com, hujan meteori Perseid bisa dinikmati di Bumi selama periode 17 Juli sampai 24 Agustus. Sementara menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), di Indonesia hujan meteor Perseid teramati pada 12 - 13 Agustus.

Lalu apa sebenarnya hujan meteor Perseid? Mengapa selalu terjadi pada sekitar Agustus? Adakah fenomena ini berbahaya bagi Bumi?

Berikut 3 fakta hujan meteor Perseid:

Baca Juga: Ini Penampakan Hujan Meteor Perseid 2018 dari Berbagai Tempat

1. Anak-anak komet raksasa

Hujan meteor Perseid sebenarnya merupakan debu atau serpihan yang ditinggalkan oleh komet Swift-Tuttle, yang menyelesaikan satu putaran orbit mengelilingi Matahari setiap 133 tahun.

Komet ini berukuran besar. Inti atau nukleusnya saja memiliki diameter 9,7 kilometer - setara dengan komet yang menghujam Bumi sekitar 66 juta tahun silam dan menjadi biang kerok punahnya dinosaurus.

Komet Swift-Tuttle ditemukan oleh dua astronom: Lewis Swift dan Horace Tuttle pada 1862. Terakhir kali menyambangi Bumi pada 1992, komet Swift-Tuttle diperkirakan akan kembali menampakan diri pada 2126 mendatang.

2. Selalu terjadi sekitar Agustus

Baca Juga: Jangan Lewatkan! Hujan Meteor Perseid Sambangi Bumi Akhir Pekan

Hujan meteor terjadi hanya ketika Bumi berpapasan dengan jalur orbit komet tertentu. Dan karena perjalanan Bumi mengitari Matahari berlangsung dalam periode tertentu, maka pertemuan antara Bumi dengan lintas orbit komet akan terjadi di waktu yang sama setiap tahun.

Hujan meteor Leonid misalnya selalu terjadi sekitar November, karena ketika itu Bumi melintasi jalur komet Tempel-Tuttle. Sementara hujan meteor Perseid terjadi setiap Juli - Agustus karena saat itulah Bumi berpapasan dengan lintasan komet Swift-Tuttle.

Dari Bumi, hujan meteor Perseid terlihat berasal dari rasi Perseus di langit bagian utara. Karenanya fenomena ini dinamai hujan meteor Perseid.

Serpihan meteor Perseid bergerak dengan kecepatan 214.365 km/jam dan ukurannya sangat kecil, sekitar butiran pasir. Saat memasuki atsmofer Bumi serpihan itu akan terbakar dan itulah yang terlihat bagai hujan cahaya dari Bumi.

3. Berhayakah bagi Bumi?

Apakah meteor-meteor Perseid dan induknya komet Swift-Tuttle berpotensi membahayakan Bumi? Sebuah studi awal pernah memprediksi bahwa komet Swift-Tuttle akan menabrak Bumi pada 2126. Tetapi hasil hitungan ulang menunjukkan bahwa peluang itu mustahil terjadi.

Bumi dan komet Swift-Tuttle mencapai jarak terdekat pada 3044. Ketika itu Bumi dan Swift-Tuttle berjarak sekitar 1 juta mil atau setara dengan dua kali jarak Bumi ke Bulan. (Space.com/Smithsonian.com/Langit Selatan)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI