Suara.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisikan (BMKG) memastikan akan bisa memprediksi iklim hingga tiga bulan ke depan, setelah resmi menjalin kerja sama dengan National Oceanic and Atospheric Administration (NOAA), lembaga pemerintah Amerika Serikat yang bertugas mengawasi kondisi perairan dan atmosfer.
"Dengan workshop ini daya peramalan dari BMKG yang sebelumnya kita memprediksi tiga dasarian sampai empat dasarian ke depan, jadi tiga bulan ke depan," ujar kepala BMKG, Prof Dwikorita Karnawati saat konferensi pers usai workshop di The 1o1 Hotel, Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (13/8/2019).
Ia mengatakan, kini cuaca semakin ekstreme sehingga menambah potensi terjadinya bencana. Kondisi itu mendesak BMKG untuk meningkatkan kemampuan observasi serta menganalisis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika.
"Fenomena yang anomali ini harus lebih banyak dipelajari, kalau belajar sendiri kita bisa, tapi memakan waktu hingga puluhan tahun," kata Prof Dwikorita.
Baca Juga: Delapan Gempa Signifikan di Busur Subduksi Sunda, BMKG: Menarik Dicermati
Menurutnya, workshop pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan pengetahuan praktis di BMKG ini merupakan bagian dari pengembangan Sistem Peringatan Dini Iklim (CEWS).
Workshop tersebut diikuti oleh 44 peserta yang terdiri dari prakirawan dari Stasiun Klimatologi dan Meteorologi Maritim dari berbagai daerah di Indonesia, Puslitbang BMKG, Sekolah Tinggi Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (STMKG), serta analis atau peneliti dari instansi lain.
"Kerja sama BMKG dengan NOAA telah berlangsung sejak lama, diwujudkan dalam bentuk riset dan observasi bersama seperti program-program tadi," kata Prof Dwikorita.