Suara.com - Baru-baru ini, beberapa provinsi di China terkena dahsyatnya Topan Lekima yang megalami kerusakan seperti Kepulauan Ryukyu China Timur dan Taiwan. Berdasarkan penelitian, topan tersebut berasal dari gelombang badai tropis yang terbentuk di lautan Pasifik Barat pada 31 Juli 2019.
Topan Lekima langsung masuk sebagai badai tropis kategori-4 pada 8 Agustus 2019. Ilmuwan di JMA (Japan Meteorological Agency) telah memonitor rendahnya curah musim hujan di daerah tersebut yang berkembang menjadi depresi tropis.
Topan Lekima (di Filipina disebut Topan Hanna) bergerak di Laut Filipina dan menguat menjadi badai tropis pada 2 Agustus 2019. Angin mulai bergerak menjauhi Filipina ke arah Taiwan pada 3 Agustus 2019 dan langsung menjadi badai kategori-3.
Puncaknya, pada 8 Agustus 2019, topan yang menjelma menjadi badai kategori-4 mulai menyerang beberapa wilayah Taiwan dan 7 provinsi China termasuk Fujian, Jiangsu, dan Shanghai.
Baca Juga: Berpura-pura Jadi Pemain Harpa, Ekspresi Lelaki Ini Bikin Ngakak
Media pemerintah setempat, Xinhua, langsung mengeluarkan peringatan darurat pada beberapa provinsi sekitarnya dan meminta warga ekstra waspada.
Dilansir dari BBC, pada Sabtu (10/08/2019) dini hari waktu setempat badai langsung memporak-porandakan beberapa wilayah antara Taiwan dan Shanghai. Tanah longsor yang sangat fatal terjadi di Wenzhou, daerah dimana badai itu melintas dengan kuat.
Pihak berwenang telah membatalkan lebih dari 1.000 penerbangan sebagai respon terhadap Topan Lekima. Pemerintah kota Shanghai mengevakuasi sekitar 250 ribu penduduk, sementara provinsi Zhejiang juga telah meminta 800 ribu orang untuk meninggalkan rumah mereka.
Diperkirakan, 2,7 juta rumah di wilayah tersebut kehilangan daya listrik setelah beberapa kabel utama rusak diterjang badai.
Laporan dari Konsulat Jendral RI di Shanghai mengatakan bahwa Topan Lekima telah membuat sekurangnya 30 orang tewas sementara 20 lainnya masih dinyatakan hilang.
Baca Juga: Nekat, Ilmuwan Membuat Vodka dari Zona Eksklusi Chernobyl
Ketika sampai di daratan, Topan Lekima mempunyai pusaran angin dengan kecepatan 187 kilometer per jam. Setelah terbentuk di laut, badai tersebut bergerak ke utara dengan kecepatan 15 kilometer per jam.
Ilmuwan telah memperingatkan bahwa kombinasi Topan Lekima dan hujan lebat, meningkatkan risiko tanah longsor di daerah perbukitan.
Kekuatan Topan Lekima juga membuat warga di sekitarnya yang terdampak harus menjauh dan menguatkan jendela kaca dengan lapisan kayu tambahan sebagai bentuk pertahanan.