Serangan Siber Harus Dipertimbangkan dalam Penyelidikan Gangguan Listrik

Senin, 05 Agustus 2019 | 19:57 WIB
Serangan Siber Harus Dipertimbangkan dalam Penyelidikan Gangguan Listrik
Petugas PLN mengecek Gas Turbine Type M701 F5 di PLTGU Muara Karang, Jakarta, Senin (29/7). [Suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Analis keamanan dan intelijen dari Universitas Indonesia, Ridlwan Habib mengatakan bahwa kemungkinan adanya serangan siber perlu diperimbangkan polisi dalam penyelidikan gangguan kelistrikan di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.

Ridlwan mengatakan akibat gangguan listrik yang terjadi di Jabodetabek, banyak fasilitas umum vital yang lumpuh seperti MRT, KRL, layanan seluler, lampu lalu-lintas hingga ATM tidak bisa beroperasi.

"Investigasi mendalam harus segera dilakukan oleh PLN, termasuk mewaspadai kemungkinan adanya serangan siber terorisme di infrastruktur listriknya," kata Ridlwan dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/8/2019).

Serangan siber terorisme dijelaskan Ridlwan mengarah kepada perangkat-perangkat gardu utama baik Sutet maupun GITET PLN mesti segera dilakukan. Apalagi kondisi yang sama pernah terjadi di Argentina pada Juni lalu. Pemerintah Argentina juga menduga adanya serangan Siber di instalasi listrik Argentina.

Baca Juga: Masih Ada 1.500 ATM BCA Tak Beroperasi Normal Akibat Ulah PLN

Ridlwan menjelaskan serangan siber terorisme bisa mengacaukan sistem kendali frekuensi dan pasokan listrik. Kalau antisipasi yang dilakukan PLN lemah, maka bisa berdampak kepada kepanikan masyarakat.

"PLN harus segera membuat tim siber kontra-terorisme yang memeriksa semua jaringan instalasi, termasuk perangkat dan email para petugas di lapangan agar aman dari serangan, " tuturnya.

PLN, lanjut dia, bisa bekerjasama dengan Badan Siber dan Sandi Negara ( BSSN) yang mempunyai kapabilitas dan personel untuk melakukan deteksi dini serangan Siber.

Ridlwan menambahkan bahwa sebaiknya PLN membangun sistem komunikasi darurat apabila kejadian pemadaman listrik itu berulang. Pasalnya di saat pemadaman listrik itu terjadi, beberapa provider telekomunikasi juga tidak bisa digunakan oleh masyarakat.

"Jangan sampai ketika ada kejadian blackout justru pihak manajemen sulit berkomunikasi antarjajaran karena provider telekomunikasi mati. Harus disiapkan sistem lain, misalnya telepon satelit atau yang serupa, " pungkas dia.

Baca Juga: Menkominfo: Hanya 25 Persen BTS Beroperasi Akibat Ulah PLN

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI