Suara.com - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengungkapkan hanya 25 persen menara pemancar selular atau BTS yang beroperasi saat terjadi akibat tumbangnya layanan PLN pada Minggu (4/8/2019) di kawasan Jakarta, Jawa Barat dan Banten.
Menkominfo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (5/8/2019), menjelaskan setelah listrik PLN mati, jika BTS memiliki penyimpan daya atau UPS, maka akan sanggup bertahan hingga tiga atau empat jam.
"Setelah itu mati, ada kurang lebih 25 persen yang dapat bertahan hidup dan itu bukan hanya di Jakarta saja, tapi dia berpencar di mana-mana," katanya.
Ia menyebutkan, ketika listrik PLN mati, BTS di pusat layanan operator tidak mati karena operator menggunakan mesin generator (genset) untuk menghidupkan BTS. Selain itu, tambah Rudiantara, BTS di gedung-gedung dan mal yang mengoperasikan genset juga tidak mati.
Baca Juga: Lampu Mati Massal, Ombudsman RI Didesak Usut Dugaan Kelalaian PLN
"Makanya kemarin banyak yang ke mal kan, buat ngadem dan khusus buat WA," katanya.
Ia mengakui pemadaman listrik PLN menyebabkan kerugian bagi sektor telekomunikasi khususnya selular. Ia menyebutkan pendapatan satu tahun sektor telekomunikasi per tahun mencapai sekitar Rp 60 triliun hingga Rp 70 triliun.
"Saya enggak menghitung ya. Tapi kalau hitung kurang lebih Rp 60- Rp 70 triliun satu tahun dibagi 360 kan sehari berarti 200 miliar," katanya.
Mengenai ojek daring yang mengeluhkan gangguan itu, Rudiantara mengatakan dampaknya memang masif.
"Bukan hanya aplikasi yang mati tapi semuanya, sudah pasti selular juga mati, dan banyak industri lain pada mati," tutup dia.
Baca Juga: Korban Mati Lampu Massal Jakarta Diminta Gugat PLN, Ajukan Class Action