Suara.com - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan tinggi air laut di perairan Banten tidak signifikan usai gempa magnitudo 7,4 skala Richter, meski demikian pihaknya belum mencabut peringatan dini tsunami yang sudah dikeluarkan.
"Bila terjadi tsunami, seharusnya sudah sampai. Namun, kami ada prosedur standar operasional peringatan dini berlaku dua jam sejak waktu diperkirakan datang tsunami," kata Dwikorita di Jakarta, Jumat (2/8/2019).
Karena peringatan dini belum diakhiri, masyarakat di wilayah yang masuk dalam peringatan dini tsunami diminta menjauh dari pantai ke tempat yang lebih tinggi dan diminta jangan kembali sebelum peringatan dini diakhiri.
"Kami masih terus memantau. Ketinggian yang terjadi tidak signifikan tetapi kita tetap harus menunggu karena alam tidak bisa diperkirakan," lanjut dia.
Baca Juga: Gempa Banten 7,4 SR, Warga Lebak Mulai Mengungsi ke Pegunungan
Sebelumnya BMKG mengeluarkan peringatan tsunami dengan status siaga di Pandeglang Selatan dan pesisir selatan Lampung; status waspada di Pandeglang Utara, Lebak, pesisir Lampung bagian barat, dan pesisir Bengkulu.
Sementara Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kasbani mengatakan gempa bumi dengan kekuatan 7,4 Skala Ricter dipicu oleh aktivitas penunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia.
Wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi adalah wilayah pesisir selatan Banten, Jawa Barat dan Lampung yang pada umumnya disusun oleh batuan sedimen berumur kuarter.
Batuan berumur kuarter serta batuan berumur tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lepas, belum kompak dapat bersifat memperkuat efek guncangan gempa bumi.
Baca Juga: Gempa Banten 7,4 SR, Ini Pemicunya