Instagram Angkat Bicara Soal Jual Beli Pengikut dan Akun Palsu

Jum'at, 19 Juli 2019 | 20:45 WIB
Instagram Angkat Bicara Soal Jual Beli Pengikut dan Akun Palsu
Ilustrasi followers di Instagram. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bisnis jual beli pengikut atau followers di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru. Jumlah pengikut seolah dapat menaikkan gengsi dan rasa percaya diri seseorang, bahkan seolah menjadi kasta dari suatu akun.

Tak dipungkiri, semakin banyak jumlah pengikut dari suatu akun, maka akun tersebut akan terlihat bergengsi. Oleh karena itulah, banyak orang memanfaatkan kondisi ini dengan berjualan pengikut yang akan membuat jumlah pengikut akun tersebut meningkat tajam.

Meski begitu, pihak Instagram sendiri melarang para pengguna untuk tidak membeli jasa menaikkan jumlah pengikut tersebut. Dikarenakan Instagram akan secara rutin menghapus akun-akun bot atau palsu yang biasa digunakan untuk menambah jumlah pengikut.

"Kami sering mengadakan evaluasi, jika kami menemukan suatu akun dan terbukti bahwa akun tersebut merupakan akun bot atau palsu, maka akan diturunkan. Kami akan memastikan kenyamanan pengguna Instagram," ucap Ferdy Nandes, Kepala Bagian Bisnis Berkembang & UKM Facebook dan Instagram saat ditemui di Jakarta, Jumat (19/7/2019).

Baca Juga: Instagram Ungkap Perilaku Pembeli Online Shop di Indonesia

Jumpa pers akademi Instagram di Jakarta, Jumat (19/7/2019). [Suara.com/Lintang Siltya Utami]
Jumpa pers akademi Instagram di Jakarta, Jumat (19/7/2019). [Suara.com/Lintang Siltya Utami]

Di sisi lain, demi menghindari akun palsu atau bot, pengguna Instagram memang harus lebih diberikan pengetahuan lebih. Jika menemukan akun seperti itu, pengguna dapat melaporkan akun tersebut dengan mengklik ikon titik tiga di bagian atas profil akun. Setelahnya, tim Instagram akan melakukan investigasi lebih lanjut.

Tak hanya itu, dengan bantuan machine learning milik Instagram, kini akun-akun bot juga dapat dihapus secara otomatis dari platform. Teknologi pembelajaran mesin tersebut akan mendeteksi pola serupa jika menemukan akun yang mencurigakan, di mana biasanya memiliki nama akun yang terdiri dari kombinasi huruf tak beraturan ataupun jumlah unggahan nol.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI