Suara.com - Saat melihat kecoak, hal yang pertama kali dilakukan mencari pembasmi serangga dan segera menyemprotkannya. Dari penelitian terbaru terungkap jika kecoa mulai berevolusi.
Diketahui, salah satu spesies yang disebut kecoak Jerman (Blattella germanica) diketahui telah mengembangkan kekebalan tubuhnya dengan insektisida. Kecoak Jerman memiliki morfologi yang mirip dengan kecoak Asia, bedanya mereka tak bisa terbang dan tidak tertarik dengan cahaya.
Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di jurnal Scientific Reports pada Mei 2019 mengungkapkan, ilmuwan menemukan bahwa hewan itu semakin kebal terhadap hampir setiap jenis insektisida kimia.
Tidak semua insektisida diciptakan sama, beberapa menurunkan sistem saraf sedangkan yang lain menyerang kerangka luar serangga. Insektisida juga harus ditinggalkan atau ditunggu untuk waktu yang bervariasi agar efeknya bekerja.
Baca Juga: Lagi Ngetren, Foto Selfie Bareng Kecoak
Banyak serangga termasuk kecoak, telah berevolusi tahan terhadap (setidaknya) salah satu insektisida yang paling umum digunakan oleh manusia.
Kecoak diketahui hidup selama sekitar 100 hari sehingga resistensi dapat berkembang dengan cepat.
Gen kecoak yang paling resisten dapat diteruskan ke generasi selanjutnya sehingga keturunannya makin kebal dengan insektisida.
Para peneliti menguji dan mengamati tiga koloni kecoak selama 6 bulan. Populasi diuji pada tingkat resistensi mereka terhadap tiga insektisida yang berbeda yakni abamektin, asam borat, dan thiamethoxam.
Satu percobaan menggunakan ketiga pestisida satu demi satu, selama 3 bulan sebelum mengulanginya dengan siklus yang sama. Dalam percobaan lain, para peneliti menggunakan campuran insektisida selama 6 bulan penuh.
Baca Juga: Pesan Semur Bebek, Wanita Ini Dapat Bonus Puluhan Kecoak
Skenario percobaan terakhir, mereka menggunakan hanya satu bahan kimia yang populasi resapannya memiliki resistensi yang rendah.
Dikutip dari Science Mag, peneliti menemukan bahwa selama percobaan itu, ukuran sebagian besar populasi kecoak tidak menurun seiring berjalannya waktu.
Ketika para peneliti menggunakan beberapa insektisida sekaligus (praktik standar para pembasmi serangga), penelitian menunjukkan kecoak cepat mengembangkan resistensi terhadap ketiga bahan itu.
Untungnya, salah satu zat paling kuat, abamektin, cukup efektif dalam membasmi sebagian koloni yang mempunyai resistensi paling rendah.
Apabila penemuan evolusi kekebalan tersebut terus berlanjut, di masa depan kita tak bisa membasmi hama kecoak dengan insektisida saja.
Kemungkinan terburuk, peneliti menyarankan bahwa suatu saat nanti kita harus mempraktikkan "manajemen hama terpadu" untuk membasmi hewan menjijikan itu.
Praktik tersebut termasuk pengaturan perangkap, membersihkan puing-puing atau sarang kecoak, dan menggunakan penyedot debu kecil untuk membunuh kecoak.