Suara.com - Manusia bisa beranak pinak atau berkembang biak di Mars, demikian hasil sebuah studi terbaru yang dilansir The Guardian, Minggu (23/6/2019) dari sebuah pertemuan sains tahunan Eropa di Wina, Austria.
Dengan kata lain, misi awal manusia ke Mars bisa dilakukan hanya dengan mengirim astronot perempuan. Temuan ini selaras dengan beberapa penelitian bahwa misi ke Mars di masa depan hanya akan diikuti oleh kru atau astronot perempuan.
Salah satunya adalah sebuah studi badan antariksa Amerika Serikat (NASA). Helen Sharman, astronot pertama Inggris, dalam sebuah seminar pada 2017 pernah mengatakan bahwa sebuah riset NASA yang belum pernah dirilis ke publik, menganjurkan agar misi ke Mars sebaiknya melibatkan kru dari satu jenis kelamin saja.
Alasannya, jika perjalanan ke Mars melibatkan astronot lelaki dan perempuan, ada peluang muncul hasrat seksual di antara mereka. Hal ini bisa merusak kepaduan tim.
Baca Juga: Misteri Logo Star Trek di Planet Mars
Lalu bagaimana cara para perempuan itu hamil dan melahirkan di Mars?
Studi yang dipresentasikan di arena European Society of Human Reproduction and Embryology tersebut menemukan bahwa sperma beku (frozen sperm: sperma yang diawetkan dengan cara dibekukan di suhu dingin) yang terpapar gravitasi mikro seperti di luar angkasa memiliki ciri yang sama dengan sperma yang disimpan di Bumi.
Itu membuka peluang dibangunnya bank sperma di luar angkasa, untuk membantu manusia berkembang biak dan menempati koloni-koloni baru di planet lain.
Dalam studi yang dipimpin Montserrat Boada, ilmuwan dari Dexeus Women's Health, sebuah fasilitas kesehatan reproduksi perempuan di Barcelona, diteliti sampel atau contoh sperma dari 10 orang dewasa.
"Beberapa studi menunjukkan adanya penurunan motilitas sperma. Tetapi belum pernah ada laporan tentang efek perbedaan gravitasi terhadap sel-sel reproduksi manusia yang diawetkan dan dalam kondisi apa sperma tersebut bisa dikirim ke luar angkasa," kata Boada dalam presentasinya di Wina.
Baca Juga: Disangka Merah, Ternyata Planet Mars Bisa Berubah Warna
Beberapa sperma yang digunakan dalam studi itu telah terpapar gravitasi mikro, ketika dibawa terbang oleh sebuah pesawat akrobatik. Sperma-sperma itu lalu diamati dan dianalisis, untuk menguku motilitas serta fragmentasi DNA-nya.
Hasilnya ditemukan tidak ada perbedaan signifikan antara sperma yang terpapar gravitasi mikro dengan yang disimpan di Bumi.
Boada mengatakan pihaknya kini sedang berusaha untuk mengirim sperma beku ke luar angkasa dalam waktu lama untuk mengetahui daya tahan sperma terhadap kondisi luar angkasa yang sesungguhnya.
"Opsi terbaik kami adalah menggelar eksperimen dengan menggunakan pesawat luar angkasa sungguhan, tetapi akses ke teknologi tersebut sangat terbatas," tutup Boada.