Suara.com - China diketahui telah melarang game PUBG mulai pada kuartal kedua 2019. Namun, Tencent akhirnya mengakali dengan mengganti PUBG dengan game lain, yaitu Game for Peace. Game tersebut merupakan sebuah game yang memiliki cara bermain yang serupa dengan PUBG namun dengan efek yang berbeda.
Disebutkan bahwa ketika pemain menembak jatuh pemain lain, mereka tidak mengeluarkan darah dan pemain yang telah mati bangkit kembali lalu melambaikan tangan.
Meski pada awalnya dipandang sebelah mata karena dianggap sebagai lelucon, game tersebut justru laris manis di China. Dilansir dari Gizmochina, Tencent merilis pendapatan untuk Game for Peace yang digarapnya dan berhasil meraup keuntungan sebanyak 70 juta dolar AS atau hampir sekitar Rp 1 triliun pada Mei 2019.
Menurut laporan dari Sensor Tower, penggabungan dari game PUBG Global bersama dengan Game for Peace telah meraup pendapatan total sebanyak 146 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun pada periode yang sama, Mei 2019.
Baca Juga: Bermain Game PUBG 6 Jam Non-Stop, Remaja 16 Tahun Ini Meninggal
Game for Peace sendiri dapat diterima di China karena perbedaan pada warna darah serta penghapusan konten mayat pada game tersebut. Tak hanya itu, gameplay yang hampir sama dengan PUBG juga menjadi faktor mengapa Game for Peace dapat diterima di China.