Sering Disebut Operator Mahal, Bos Telkomsel Angkat Bicara

Selasa, 21 Mei 2019 | 16:57 WIB
Sering Disebut Operator Mahal, Bos Telkomsel Angkat Bicara
Direktur Utama Telkomsel, Ririek Adriansyah, berbicara dalam acara buka puasa bersama di Jakarta, Senin (20/5/2019). [Suara.com/Tivan Rahmat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Operator seluler Telkomsel kerap menerima kritik karena menerapkan tarif data yang lebih mahal daripada operator seluler lainnya yang ada di Indonesia. Terkait masalah tersebut, Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah angkat bicara dan menjelaskan pertimbangan Telkomsel saat menetapkan tarif data.

Ririek menyebut bahwa tarif data Telkomsel saat ini tidak mahal jika dilihat dari layanan yang dihadirkan kepada konsumen.

Pada kesempatan yang sama, ia juga menolak jika mahalnya tarif data Telkomsel dipengaruhi besaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) spektrum yang ditetapkan pemerintah terlalu tinggi.

"Sebenarnya cost-nya itu bukan hanya BHP, itu hanya salah satu. Ada cost lain-lain. Saya tidak tahu operator-operator lain, tetapi banyak operator bukunya merah (belum untung), mestinya sih mereka lebih rasional (dalam menentukan tarif)," buka Ririek di Telkomsel Smart Office, Senin (20/5/2019).

Baca Juga: Telkomsel Buka Peluang Gunakan Palapa Ring

Pada dasarnya, Ririek berpendapat bahwa ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan jika ingin layanan data di seluruh Indonesia terus berjalan.

Pertama, layanan seluler harus terjangkau. Kata 'terjangkau' yang dimaksud Ririek adalah murah, namun tetap rasional.

"Kalau tidak rasional, operator tidak bisa membangun (infrastruktur jaringan)," imbuh lelaki yang juga menjabat Ketua ATSI tersebut.

Kedua, layanan harus sustain atau mampu bertahan dan berkesinambungan. Penarifan layanan data yang ideal sebenarnya bukan berpijak pada murahnya saja, tapi perlu dilihat efeknya dalam jangka panjang.

"Secara long term tidak bagus, kalau main murah-murahan terlalu lama, nanti tidak ada layanan (karena operator tidak memiliki cukup dana untuk membangun infrastruktur (jaringan). Ujungnya (operator) rugi juga," tegas Ririek.

Baca Juga: Berambisi Jadi Perusahaan Digital Telco, Telkomsel Andalkan Tiga Pilar

Terakhir, menurut Ririek, operator harus mempertimbangkan geografis negara dan jumlah penduduk yang begitu banyak agar bisa mendapat layanan data yang sama.

"Karena negara besar, layanan harus tersedia di mana-mana. Nah, untuk investasi itu butuh dana, kalau (tarif terlalu murah), bagaimana mau membangun. Makanya kami harapkan lebih rasional."

Bahkan, jika dibandingkan dengan tarif data di negara lainnya, Ririek berani menyebut bahwa penarifan layanan data di Indonesia masih tergolong paling murah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI