Salah satu kritikus terhadap teori rasial yang terkenal adalah antropolog Amerika Ashley Montagu yang menulis pada 1941: “Telur dadar yang dinamakan ‘ras’ tidak diakui di luar penggorengan statistik dan keberadaannya telah dikurangi oleh panasnya imajinasi antropologis”“.
Jika ras masih dibicarakan hingga hari ini di depan umum dan secara politik, apa yang para ilmuwan pikirkan tentang hal itu? Apakah para antropolog khususnya percaya bahwa ras itu masih valid?
Sebuah survei baru yang melibatkan lebih dari 3.000 antropolog oleh Jennifer Wagner dari Geisinger Health System dan timnya baru-baru ini diterbitkan dalam Jurnal Antropologi Fisika Amerika. Survei tersebut menawarkan beberapa pengetahuan berharga tentang pandangan dan keyakinan mereka.
Orang-orang yang disurvei adalah anggota Asosiasi Antropologi Amerika, badan profesional antropolog terbesar di dunia.
Mereka diminta untuk menanggapi 53 pernyataan tentang ras yang mencakup topik-topik seperti apakah ras itu nyata, jika ras ditentukan oleh biologi, apakah ras harus berperan dalam kedokteran, peran ras dan keturunan dalam pengujian genetik komersial, dan jika istilah ras harus terus digunakan.
Respons yang paling menonjol adalah terhadap pernyataan, "Populasi manusia mungkin dapat dibagi menjadi ras-ras biologis”, dengan 86% responden menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju.
Untuk pernyataan ini, “Kategori ras ditentukan oleh biologi”, 88% menjawab sangat tidak setuju atau tidak setuju. Dan, “Sebagian besar antropolog percaya bahwa manusia mungkin dapat dibagi lagi menjadi ras-ras biologis”, 85% responden sangat tidak setuju atau tidak setuju.
Hal yang dapat kita ambil dari temuan ini adalah adanya konsensus yang jelas di antara para antropolog bahwa ras tidak nyata, bahwa mereka tidak mencerminkan kebenaran biologis, dan bahwa sebagian besar antropolog tidak percaya kategori ras memiliki tempat dalam sains.
Akan tetapi, terkubur dalam hasil survei itu adalah beberapa temuan yang meresahkan seperti fakta bahwa antropolog berasal dari kelompok yang mendapatkan perlakuan khusus-dalam konteks AS laki-laki dan perempuan ‘kulit putih’-cenderung lebih menerima ras sebagai valid daripada kelompok yang tidak mendapatkan perlakuan istimewa.
Para ilmuwan yang diperlakukan istimewa ini mewakili 75% dari antropolog yang disurvei. Kekuatan dan pengaruh mereka menjangkau jauh hingga menyeberangi bidangnya. Mereka adalah orang-orang penting yang menentukan penelitian apa yang dilakukan, siapa yang mendapatkan dana, serta mereka melatih generasi antropolog berikutnya, dan merupakan wajah publik dari bidang ini serta para ahli yang pendapatnya dicari pada isu-isu terkait ras.