Suara.com - Selama 15 tahun terakhir, Amerika telah berusaha mengirimkan kembali astronotnya ke Bulan, namun NASA tidak yakin jika hal itu bisa dilakukan sebelum tahun 2028. Tetapi, pemerintahan Amerika Serikat telah menetapkan batas waktu baru yaitu tahun 2024.
Pada 26 Maret lalu, Wakil Presiden Mike Pence menginstruksikan NASA mengirimkan kembali astronot ke permukaan Bulan pada tahun 2024, empat tahun lebih awal dari yang direncanakan sebelumnya. Untuk mempercepat misi pengiriman manusia ke Bulan, NASA dan Gedung Putih meminta tambahan dana sebesar 1,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 23,11 triliun kepada Kongres dalam anggaran tahun depan.
Sebelumnya, NASA telah mendapatkan dana sebesar 21 miliar dolar AS atau senilai Rp 303,36 triliun. Proposal pendanaan itu dituangkan dalam amandemen anggaran baru yang telah disiapkan pejabat NASA selama dua bulan terakhir.
Dibantu dengan masukan dari Gedung Putih, dana tambahan itu dimaksudkan membantu NASA memenuhi permintaan pemerintah Amerika Serikat untuk mengirim kembali astronotnya ke Bulan dalam lima tahun ke depan.
Baca Juga: Artemis, Program NASA untuk Kirim Perempuan ke Bulan
Dari dana tambahan 1,6 miliar dolar AS tersebut, sekitar 651 juta dolar AS atau sama dengan Rp 9,4 triliun akan digunakan untuk mempercepat pengembangan kendaraan yang sudah dikerjakan NASA seperti roket yang disebut Space Launch System atau SLS dan kapsul baru untuk mengangkut astronot yang disebut Orion.
Selain itu, dana 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 14,45 triliun akan digunakan untuk memulai pengembangan pendarat Bulan baru yang dapat membawa astronot ke dan dari permukaan Bulan.
Di sisi lain, dikarenakan NASA harus berfokus pada misi pengiriman astronot kembali ke Bulan, NASA mengaku bahwa mereka harus mengesampingkan proyek lainnya, seperti pembangunan stasiun ruang angkasa baru di sekitar Bulan yang disebut Gateway.
Gateway tersebut akan berfungsi sebagai tempat transit sebelum dan sesudah para astronot mendarat di Bulan ataupun kembali ke Bumi. Selain itu, dana sebesar 132 juta dolar AS atau senilai Rp 1,91 triliun akan disisihkan untuk pengembangan teknologi baru yang akan dibutuhkan untuk "pengembalian" Bulan.
NASA akan mencari cara untuk mengembangkan perangkat keras yang dapat mengubah es yang ada di Bulan menjadi air. Dilansir dari The Verge, pejabat NASA mengatakan bahwa mereka akan menggandeng perusahaan luar angkasa dan badan antariksa internasional dalam proyek ini.
Baca Juga: Yuk, Bantu NASA Persiapkan Peringatan Apollo 11 ke-50 Tahun