Suara.com - Wahana pendarat InSight milik NASA baru-baru ini merilis data gempa di planet Mars pertamanya. Pada 6 April lalu, InSight merekam tremor lemah yang tampaknya berasal dari bagian interior Mars. Jika getaran ini dikonfirmasi, maka itu akan menjadi gempa Mars pertama yang pernah dideteksi.
Para astronom sejauh ini masih menganalisis sinyal yang diterima dan dikirimkan oleh InSight, sehingga para astronom belum dapat mengkonfirmasinya secara yakin.
Sinyal itu sendiri direkam oleh instrumen yang disebut Seismic Experiment for Interior Structure (SEIS), sebuah instrumen berbentuk kubah kecil yang ditempatkan di atas permukaan Mars.
"Pendeteksian gempa di Mars pertama oleh InSight hampir mirip dengan misi Apollo NASA. Kami pernah mengikur gempa di Bulan dan pendeteksian gempa di Mars ini secara resmi memulai sebuah bidang studi baru, yaitu seismologi Mars," ucap Bruce Banerdt, seorang pimpinan studi InSight, seperti yang dikutip dari laman Jet Propulsion Laboratory NASA.
Baca Juga: Duel realme 3 vs Redmi 7, Mana Lebih Ciamik?
Sebelumnya, sejak pendaratan astronot Apollo di Bulan pada tahun 1969, para astronot tersebut meninggalkan beberapa seismograf di Bulan. Menurut laporan Science at NASA, penilitian melalui seismograf tersebut menunjukkan bahwa satelit alami milik Bumi itu ternyata aktif secara seismik. Seismograf yang dioperasikan hingga tahun 1977 tersebut bahkan telah mencatat 28 gempa yang terjadi di Bulan dengan magnitudo rata-rata sebesar 5,5 skala Richter.
Oleh karena itu, mendapat sinyal yang serupa dari instrumen SEIS milik InSight di Mars membuat para astronom bersemangat. Philippe Lognonné selaku ketua tim peneliti SEIS dari Institut de Physique du Globe de Paris (IPGP) di Perancis mengatakan bahwa mereka telah menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan sinyal seperti ini. Hal tersebut sangat menarik karena akhirnya para astronom memiliki bukti bahwa Mars masih aktif secara seismik.
Sinyal potensi adanya gempa di Mars tersebut rupanya bukan kali pertama yang direkam oleh InSight. Menurut laporan IFL Science, terdapat tiga peristiwa serupa yang terekam SEIS, yaitu pada 14 Maret, 10 April, dan 11 April. Sayangnya, sinyal-sinyal tersebut terlalu lemah untuk dianggap sebagai gempa. Hingga saat ini para astronom masih melakukan studi lanjutan untuk memahami asal-usul sinyal tersebut.