Pemerintah Arab Saudi Dituding Retas Ponsel Bos Amazon

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 01 April 2019 | 23:19 WIB
Pemerintah Arab Saudi Dituding Retas Ponsel Bos Amazon
Jeff Bezos, pendiri dan bos Amazon, dalam foto profil akun Twitter pribadinya. [Twitter/JeffBezos]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang detektif yang disewa oleh CEO Amazon, Jeff Bezos, menuding pemerintah Arab Saudi telah meretas ponsel dan mencuri data-data milik salah satu orang terkaya di dunia tersebut.

Gavin de Becker, nama detektif itu, disewa untuk menyelidiki mengapa pesan-pesan pribadi Bezos bisa bocor dan diterbitan oleh tabloid National Enquirer.

Menurut De Becker peretasan itu berkaitan dengan berita-berita Washington Post tentang tewasnya wartawan Jamal Khashoggi, yang diduga dihabisi oleh agen-agen Saudi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki.

Bezos, selain mendirikan dan memimpin Amazon, juga adalah pemilik Washington Post.

"Para penyidik kami dan beberapa ahli menyimpulkan dengan yakin, bahwa pemerintah Saudi telah mengakses ponsel Bezos dan mengambil informasi-informasi pribadi," tulis De Becker di situs Daily Beast seperti dikutip dari BBC.

Memang pada Januari lalu tabloid National Enquirer menerbitkan laporan yang berisi tentang perselingkuhan Bezos. Di dalam laporannya, tabloid itu menyertakan foto-foto serta pesan-pesan pendek Bezos.

Bezos sendiri pada Februari menuding perusahaan induk National Enquirer, American Media Inc, telah berusaha untuk memerasnya.

Adapun dalam tulisannya, De Becker mengulas bahwa pemerintah Saudi mengincar Bezos karena Washington Post terus memberitakan tentang pembunuhan Khashoggi.

Beberapa penyelidikan, termasuk oleh badan intelijen Amerika Serikat (CIA), mengindikasikan bahwa Khashoggi dibunuh oleh agen-agen Saudi atas perintah Putera Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS).

Adapun pemerintah Saudi terus membantah bahwa pembunuhan Khashoggi adalah hubungannya dengan Mohammed bin Salman.

"Jelas bahwa MBS menganggap Washington Post sebagai musuh utama," tulis De Becker.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI