Suara.com - Huawei telah merilis laporan pencapaian penjualan yang menyebutkan bahwa pendapatan tahunan perusahaan asal China tersebut telah mencapai 107 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.524 triliun. Pencapaian di atas 100 miliar dolar AS tersebut merupakan pertama kalinya bagi Huawei.
Tak hanya itu, pendapatan penjualan smartphone Huawei dikabarkan juga meningkat sebesar 25 persen dari tahun sebelumnya. Dilaporkan bahwa peningkatan laba tersebesar terjadi setelah tahun 2017.
Huawei melaporkan adanya peningkatan 28 persen dari laba bersih menjadi Rp 125 triliun pada tahun 2018. Angka tersebut masih jauh lebih baik daripada peningkatan laba bersih di tahun 2017 yang hanya sebesar 0,4 persen.
Meskipun sukses mencetak rekor baru dengan meraup pendapatan di atas 100 miliar dolar AS, saat ini Huawei tengah tersandung masalah dengan Amerika Serikat mengenai keamanan siber dalam perangkat 5G miliknya.
Baca Juga: Mengekor AS, Badan Intelijen Inggris Mulai Curigai Perangkat 5G Huawei
Badan pemerintah Amerika Serikat dan sekutunya melarang penggunaan perangkat Huawei setelah Huawei dicurigai sebagai mata-mata pemerintah China. Negara pimpinan Donald Trump tersebut melarang penggunaan perangkat Huawei dalam jaringan dan infrastruktur data pemerintah.
Namun pada awal Maret 2019, Huawei mengadakan acara publik dan menuntut balik pemerintah Amerika Serikat untuk mencabut larangannya tersebut. Pihak Huawei menilai bahwa Amerika Serikat telah merusak reputasi perusahaan tanpa bisa memberikan bukti bahwa Huawei adalah ancaman keamanan yang nyata.
Meski tengah dirundung masalah, Huawei tetap berfokus diri dan memiliki target untuk menjadi smartphone global nomor satu di tahun 2021. Namun, di tahun 2018 menurut laporan GSM Arena, Huawei telah sukses menjadi nomor dua setelah Samsung sebagai smartphone dengan pengiriman global tertinggi.