Suara.com - Sebuah percobaan kecil menunjukkan bahwa anak-anak penyandang autisme lebih mudah berkomunikasi dengan membaca ekspresi wajah lawan bicaranya. Google menciptakan sebuah kacamata pintar bagi mereka agar bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Google Superpower Glass, nama kacamata pintar tersebut, diklaim sanggup memberikan informasi lingkungan sekitar kepada penyandang autis yang menggunakan perangkat ini.
Sebelum sampai pada kesimpulan ini, para peneliti melakukan percobaan kecil dengan melibatkan 71 anak-anak yang rentang usianya 6-12 tahun untuk menerima pengobatan standar autisme yang dikenal sebagai terapi analisis perilaku terapan.
Jenis terapi ini biasanya melibatkan penggunaan latihan terstruktur seperti kartu flash yang menggambarkan wajah, yang membantu anak-anak belajar mengenali emosi yang berbeda.
Baca Juga: Punya Model Futuristik, Begini Wujud Casing Wireless Charger Huawei P30
Selanjutnya, 40 anak secara acak ditugaskan untuk menggunakan Google Superpower Glass, kacamata yang dilengkapi dengan kamera dan speaker yang mengirim informasi tentang apa yang dilihat dan didengar anak-anak, ke aplikasi ponsel pintar yang dirancang untuk membantu mereka memecahkan kode dan merespon interaksi sosial.
Setelah enam minggu menggunakan Superpower Glass dalam durasi 20 menit dan dilakukan empat kali dalam seminggu, anak-anak yang menerima dukungan digital ini mendapat nilai lebih baik pada tes sosialisasi, komunikasi dan perilaku, daripada kelompok kontrol dari 31 anak lainnya yang hanya menerima perawatan standar untuk autisme.
“Anak-anak belajar mencari interaksi sosial, belajar bahwa wajah itu menarik, dan mereka dapat mempelajari apa yang mereka katakan atau apa yang dikatakan wajah itu kepada mereka," kata salah satu penulis studi senior dari Stanford University, Dennis Wall, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (29/3/2019).
“Ini sangat bagus karena mendorong inisiasi sosial yang membentuk pembinaan motivasi sosial bagi anak-anak dan mereka belajar bahwa mereka bisa mendapatkan hal-hal ini. Mereka bisa mendapatkan emosi dari mitra sosial mereka sendiri,” imbuhnya.
Sementara itu, Google mengklaim bahwa kacamata pintar miliknya ini memang dirancang untuk membantu kesulitan anak-anak penyandang autisme untuk memahami isyarat sosial dan menggunakan pengalaman masa lalu, sehingga mereka belajar untuk meresponnya dalam berbagai situasi.
Kacamata ini berfungsi sebagai pembawa pesan dan juru bahasa, dengan mengandalkan kecerdasan buatan yang menawarkan umpan balik secara nyata sehingga dapat membantu anak-anak melacak wajah dan mengklasifikasikan emosi dari obyek yang mereka lihat.
Sebagai indikator pada Google Superpower Glass, lampu hijau berkedip saat anak-anak melihat wajah orang-orang di sekitarnya, dan kemudian aplikasi akan menggunakan emoji untuk memberitahu anak emosi apa yang ditampilkan di depan mereka, apakah itu ekspresi bahagia, marah, takut atau terkejut.
Baca Juga: Sri Widowati Mundur dari Facebook Indonesia, Ini Sosok Penggantinya
“Ekspresi wajah sangat kompleks, dinamis, dan unik,” ungkap Geraldine Dawson, Direktur Pusat Autisme dan Perkembangan Otak Duke di Durham, North Carolina, Amerika Serikat.
“Emoji jauh lebih sederhana, rangsangan statis. Jadi, lebih masuk akal memang jika emoji akan lebih mudah dimengerti oleh seseorang dengan autisme,” tandasnya.