Suara.com - Tidak banyak orang yang tahu seorang remaja berusia 15 tahun yang yang masih duduk di bangku sebuah SMP Madrasah, Putra Aji Adhari. Tidak sembarangan, secara otodidak remaja ini berhasil membobol situs NASA (Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat) yang sangat ketat.
Putra yang hidup dari keluarga sederhan ini sukses menjadi hacker dan berhasil meretas ratusan situs besar dalam dan luar negeri. Dilansir dari sebuah video di YouTube akun @Narasi Channel, Putra mengaku tidak memiliki latar belakang di dunia informatika.
"Sekolah saya tidak ada pelajaran komputer karena sekolah saya madrasah," ujarnya.
Rasa ingin tahu Putra ke dunia teknologi khususnya pemprograman diawali dengan berbagai kisah menarik dari Bill Gates dan Mark Zuckerberg yang sukses di bidangnya. Diakuinya, hampir setiap pulang sekolah dirinya bermain game dan komputer. Hal ini membuat rasa keingintahuan Putra akan dunia pemrograman semakin tinggi.
Baca Juga: Bukalapak Diretas, Data Pribadi Pengguna Terancam Dijual Hacker
"Kenapa game ini bisa menarik dan saya mencari di Google, ternyata semua itu dari pemrograman," jelas Putra.
Bermodalkan perangkat komputer seadanya, Putra pun semakin mendalami dunia programer. Bahkan kurang dari tiga menit, Putra sempat masuk ke salah satu sistem keamanan milik pemerintah.
Namun, Putra tidak menggunakan keahliannya itu di jalan yang salah. Dari pengakuannya, dirinya justru tertarik menjadi Bug Hunter.
Melalui keahliannya menyelusup ke situs-situs yang diklaim aman dan ketat keamaannya, tanpa diketahui pemiliknya. Jika telah berhasil membobol, Putra pun membuat laporan ke pemilik akun tersebut.
Putra telah meraih berbagai penghargaan di dunia informatika dan ia memiliki cita-cita menjadi programmer seperti para idolanya Jim Geovadi dan Kang Onno.
Baca Juga: Hacker Dalam dan Luar Negeri Ramai-ramai Serang Sistem KPU
Ketika dipertemukan dengan salah satu idolanya Onno W Purbo, Putra mempertanyakan bagaimana pentingnya Bug Hunter.
"Penting banget. Sebagian besar perusahaan di Indonesia tidak berhasil dapat programmer, Bug Hunter dan developer di Indonesia jadi mereka sering kali dapatnya dari India," bebernya.
Onno menyayangkan, bidang informatika ini tidak terlalu mendapat dukungan dari pemerintah, sekolah, guru dan kampus.
"Jadi terpaksa anak-anak ini kayak anak-anak bawah tanah banget hidupnya, kayak gelandanganlah. Tidak ada yang memelihara. Padahal internet Indonesia tidak bisa aman tanpa mereka," tandas Onno.