Suara.com - Sebelum dirilis secara resmi di Indonesia pada pekan ini, Redmi Note 7 BM atau black market dan ditawarkan di raksasa-raksasa e-commerce Indonesia.
Xiaomi meluncurkan Redmi Note 7 untuk pertama kalinya di China pada bulan Januari, dan baru dirilis secara resmi di Indonesia pada Kamis lalu (21/3/2019).
Namun sebelum mendarat di Tanah Air, sejumlah market place sudah berani menjual Redmi Note 7 versi BM dengan perbedaan harga sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 jutaan dari banderol asli di negara asalnya.
Country Head Xiaomi Indonesia Steven Shi mengatakan pihaknya juga mengetahui masalah tersebut. Ia menilai bahwa peredaran Redmi Note 7 BM ada karena antusiasme Mi Fans yang tidak sabar untuk menunggu kehadiran ponsel tersebut.
Baca Juga: Harga Redmi Note 7 di Indonesia Lebih Murah Ketimbang di China, Kok Bisa?
Namun secara korporasi, Shi dengan tegas melarang konsumen untuk membeli produk via jalur tidak resmi.
"Karena tidak sabar, konsumen mau membayar mahal. Tapi kita tidak perlu membayar lebih untuk produk black market," kata Shi kepada awak media di kawasan Jakarta Pusat.
Agar bisa melawan Redmi Note 7 BM, Xiaomi langsung bergegas membanderol perangkat terbarunya itu dengan harga yang lebih murah ketimbang di China.
"Dengan harga yang lebih murah, kami sangat mendorong orang-orang beli resmi daripada membeli ponsel ilegal. Selain lebih murah, banyak benefitnya," sambung Shi.
Untuk diketahui, harga resmi Redmi Note 7 RAM 3 GB/ROM 32 GB di Indonesia dibanderol Rp 2 juta. Sementara di China dijual seharga Rp 2,1 jutaan.
Baca Juga: Ini Harga Redmi Note 7 di Indonesia
Terkait benefit tambahan bagi konsumen yang membeli Redmi Note 7 secara legal, Xiaomi menyiapkan garansi produk selama 18 bulan, atau 6 bulan lebih lama ketimbang garansi ponsel pada umumnya.
"Kami pun berusaha mengedukasi pengguna apa keuntungan membeli barang resmi," tutup Shi.