Bos Air Asia Tutup Akun Facebook Gara-gara Penembakan Masjid Selandia Baru

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 18 Maret 2019 | 13:16 WIB
Bos Air Asia Tutup Akun Facebook Gara-gara Penembakan Masjid Selandia Baru
CEO Air Asia Group, Tony Fernandes. [AFP/Peter Parks]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - CEO Air Asia Group, Tony Fernandes, menutup akun Facebook pribadinya karena, kata dia seperti dilansir Bloomberg, media sosial itu digunakan untuk menyebarkan video penembakan brutal di dua masjid Christchurch, Selandia Baru pada Jumat (15/3/2019) lalu.

Dalam serangkaian tweet yang dilepaskan ke udara Minggu (17/3/2019), Fernandes mengatakan ia tak tahan lagi melihat banyaknya kekejian di Facebook.

Ia mengatakan Facebook harusnya bisa mencegah konten-konten teroris nan sadis, yang direkam serta disiarkan secara langsung oleh pelaku penembakan di Selandia Baru itu, menyebar di platformnya.

"Saya penggemar berat media sosial. Tetapi setelah melihat tayangan langsung itu, saya sungguh berpikri untuk apakah tetap di Facebook atau tidak," tulis Fernandes, Sabtu (16/3/2019).

Selang beberapa jam, ia menulis lagi.

"Sudah menutup akun Facebook saya, yang memiliki 670.000 pengikut. Kini saya mempertimbangkan Twitter. Apakah juga akan menutupnya atau tidak. Jumlah kebencian di media sosial kadang-kadang melebihi kebaikan," tulis Fernandes.

Akun Twitter Fernandes sendiri memiliki 1,29 juta pengikut dan ia telah menulis lebih dari 20.300 kicauan sejak bergabung pada 2008 silam.

Facebook memang sedang mendapat sorotan tajam setelah terjadinya penembakan terhadap dua masjid di Selandia Baru oleh teroris kulit putih pada Jumat lalu.

Banyak pihak menilai Facebook gagal mencegah video pembantaian, yang pertama kali diputar di platformnya, menyebar ke seluruh dunia.

Facebook sendiri mengklaim sudah menghapus 1,5 juta video berisi pembantaian tersebut dan 1,2 juga dihapus saat akan diunggah.

Tetapi beberapa analis mengatakan pengumuman Facebook soal jumlah video yang dihapus itu justru mengkhawatirkan, karena itu berarti Facebook gagal mencegah 300.000 video atau 20 persen dari total video tersebut diunggah ke internet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI