Kegagalan Facebook di Balik Viralnya Video Penembakan Masjid Selandia Baru

Liberty Jemadu Suara.Com
Senin, 18 Maret 2019 | 11:31 WIB
Kegagalan Facebook di Balik Viralnya Video Penembakan Masjid Selandia Baru
Terduga teroris pelaku penembakan jemaah di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019). Sebanyak 49 orang tewas dan 20 lainnya luka parah dalam tragedi itu. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Facebook pada akhir pekan kemarin mengumumkan sudah menghapus 1,5 juta video aksi teror di dua buah masjid di Christchurch, Selandia Baru yang menewaskan 50 orang pada Jumat, 15 Maret 2019.

Dari 1,5 juga video itu, sebanyak 1,2 juta rekaman dihapus ketika sedang diunggah ke Facebook, demikian diumumkan oleh Mia Garlick, juru bicara Facebook Selandia Baru.

Seperti diwartakan sebelumya, pelaku aksi teror terhadap jemaah di dua masjid di Christchurch itu melakukan aksi kejinya sembari merekam dan menayangkan rekaman itu secara live melalui media sosial Facebook.

Garlick, lebih lanjut, menjelaskan bahwa pihaknya juga menghapus video-video berisi dukungan terhadap serangan teroris tersebut. Video-video itu dideteksi Facebook memanfaatkan kecerdasan komputer, misalnya dengan teknologi deteksi audio - dan dibantu oleh moderator manusia.

Tipuan Statistik

Tetapi yang unik, demikian dicatat TechCrunch, ketika Facebook mengakui bahwa hanya 1,2 juta video keji itu yang dihapus saat akan diunggah, maka pada saat yang sama angka-angka itu menunjukkan Facebook telah gagal mencegah 20 persen video propaganda teroris tersebut disebar di platform-nya.

Menurut TechCrunch, angka yang diumbar Facebook disusun seolah-olah perusahaan media sosial itu sudah berhasil meredam penyebaran konten brutal oleh teroris tersebut, padahal ada sebanyak 300.000 video yang sempat beredar luas di layanan Facebook!

Apalagi perlu dicatat, di hari tragedi itu terjadi, video-video pembantaian bisa dengan mudah ditemukan tidak saja di Facebook, tetapi juga disebarkan via aplikasi WhatsApp dan Instagram, dua anak usaha Facebook.

Di Indonesia sendiri, misalnya, pesohor seperti Ari Untung yang memiliki 1,6 juta follower di Instagram turut menyebarkan video tersebut, tanpa menyadari bahwa serangan di Selandia Baru itu memang dirancang untuk memviralkan teror, kengerian, dan kemarahan.

Karenanya banyak pihak menuntut Facebook untuk mengungkapkan angka statistik lain, seperti berapa banyak pengguna yang sudah menonton video-video itu, berapa kali video di-share, berapa banyak reaksi yang muncul.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI