Suara.com - Komisi Pemilih Umum (KPU) menuding para peretas China dan Rusia terus menyerang pusat data pemilih jelang pemilihan umum pada April mendatang, demikian diwartakan Bloomberg, Rabu (13/3/2019).
Ketua KPU, Arief Budiman, mengatakan beberapa serangan siber berasal dari Rusia dan China. Beberapa di antara serangan siber itu berusaha untuk memanipulasi dan memodifikasi data pemilih. Tak hanya itu, peretas juga berusaha menambahkan pemilih palsu dan memalsukan identitas pemilih.
"Mereka berusaha meretas sistem kami. Bukan setiap hari, tetapi hampir setiap jam (kami diserang)," kata Arief dalam wawancara di Jakarta, Selasa kemarin.
Meski demikian ia mengatakan belum diketahui apa motif para peretas itu, apakah untuk mengganggu Indonesia atau membantu salah satu kandidat menang dalam pemilihan presiden nanti.
"Perilaku pemilih bisa diubah dengan mendeligitimasi penyelenggara pemilu," tutup Arief.
Hingga berita ini ditayangkan, Suara.com masih berusaha meminta penjelasan Arief terkait laporan Bloomberg ini.
Rusia sendiri memang memiliki catatan jelek dalam pemilu di negara lain. Pada 2016 lalu Rusia dituding telah mengganggu dan turut menentukan hasil pemilihan presiden di Amerika Serikat dan referendum di Inggris.
Hingga saat ini penegak hukum serta dewan perwakilan rakyat di AS masih terus menyelidiki campur tangan Rusia dalam pemilu yang dimenangkan oleh Donald Trump itu.