''Jika berbicara mengenai robotika atau mobil listrik, kita mungkin sudah didahului kampus lain. Oleh karenanya, untuk Printer 3D saya ingin UGM menjadi pelopornya,'' tegas dosen Teknik Mesin dan Industri UGM ini, Selasa (26/2).
Heri mengaku bahwa awalnya memulai dengan membeli produk Printer 3D secara impor. Dari barang itu, ia bersama timnya membongkar untuk kemudian diteliti dan dipelajari tiap komponennya.
''Hasilnya dalam satu tahun kami berhasil membuat satu prototype awal Printer 3D karya kami sendiri,'' ujarnya.
Baca Juga : Siap Jalin Kerja Sama, Arkadia Digital Media Sambangi UGM
Baca Juga: Di Masa Depan, Bangun Rumah Pakai Printer 3D
Beberapa tipe yang dikembangkan diantaranya jenis kartesian, delta dan scara.
''Ketiganya berbeda pada konstrusi mekanik dan kinematikanya. Tipe kartesian sendiri terdiri dari beberapa turunan seperti corexy, dan h-bot. Kami coba kembangkan apapun yang dibutuhkan,'' tuturnya.
Sementara itu, saat ini riset tersebut sudah mencapai tahap produksi. Printer 3D karya Heri bersama timnya tersebut kini sudah dipakai oleh beberapa universitas, akademi, politeknik, SMK, serta beberapa UMKM.
''Sekarang sedang mengejar agar bisa membuat 1000 mesin per tahun,'' sebutnya.
Menurut Heri, target selanjutnya adalah agar produk ini bisa dipakai di rumah-rumah. Ia memperkenalkan proyek yang disebutnya dengan HALTech (Home As Laboratory Technology).
Baca Juga: Printer 3D Pindai Sidik Jari Mayat Korban Pembunuhan
Melalui proyek ini, ia ingin membawa produk-produk dari Revolusi Industri 4.0 yang dikembangkannya ke rumah-rumah.