Sebagian besar konsumen menginginkan ponsel yang memiliki kamera bagus, layar dengan gambar tajam, berkinerja cepat, dan memiliki baterai besar.
Tetapi Samsung Galaxy S10 diluncurkan dengan beberapa fitur yang menurut Haselton tak begitu penting. Sebut saja layar yang menampilkan lebih banyak warna, pemindai sidik jari di balik layar, dan fitur pengisian daya baterai headphone nirkabel.
"Fitur-fitur ini menarik, jangan salah sangka. Tetapi mengapa seseorang yang sudah memiliki Galaxy S8, dengan layar bagus dan fitur pemindai wajah, harus mengeluarkan uang hingga 999 dolar AS untuk pembaruan-pembaruan (tidak penting pada Galaxy S10)?" tulis Haselton.
Hal yang sama terjadi pada keluarga iPhone XS. Layar iPhone anyar itu lebih besar, prosesornya lebih cepat, dan kameranya sedikit lebih bagus.
"Banyak orang membeli gawai-gawai itu, tetapi lebih sedikit dari sebelumnya. Yang saya dengar, banyak orang mengeluhkan harganya yang mahal," imbuh dia.
Ketiga, melupakan China
Penjualan Apple di China kini sedang mengalami penurunan. Tetapi setidaknya, Apple memiliki pasar di China. Di negeri Tirai Bambu itu, Apple adalah produsen ponsel terbesar keempat. Samsung bahkan tak masuk dalam lima besar.
Merek-merek lokal seperti Xiaomi dan Oppo memanfaatkan kesalahan Apple dan Samsung, yang menjual gawai mahal, dengan menawarkan ponsel murah, dengan spesifikasi yang tak kalah jauh.
Akibat tiga kesalahan itu, pasar Apple dan Samsung di dunia turun signifikan. Penjuala Apple turun 7,3 persen pada kuartal terakhir tahun lalu, sementara Samsung turun 5,3 persen. Di saat yang sama pasar Huawei naik 47,3 persen dan pasar Oppo naik hingga 20,6 persen.
Lalu apa jalan keluarnya? Menurut Hasselton, Samsung dan Apple harus berani menurunkan harga dan mengambil untung lebih kecil. Selain itu, dua raksasa ponsel tersebut harus berinovasi lagi untuk menciptakan teknologi baru.