Studi di Jabar: Orang yang Sering Akses Internet Lebih Gemar Sebar Hoaks

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 20 Februari 2019 | 07:10 WIB
Studi di Jabar: Orang yang Sering Akses Internet Lebih Gemar Sebar Hoaks
Ilustrasi informasi palsu alias hoaks. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pertama, faktor kepercayaan terhadap konspirasi dapat ditanggulangi dengan meningkatkan kepercayaan diri individu untuk mengontrol keadaan dan meningkatkan kemampuan analitik mereka agar tidak terjerumus pada solusi yang biasa ditawarkan dalam teori konspirasi.

Kedua, perlu ada perumusan baru terkait literasi media yang lebih fokus pada media sosial. Program yang baru seharusnya menitikberatkan pada kemampuan produksi dan konsumsi informasi di media sosial dan tidak bertumpu pada kemampuan memahami teks yang kita jumpai di media sosial.

Di era media sosial ini, setiap individu seharusnya tahu bagaimana konten multimedia diproduksi. Dengan pengetahuan ini, mereka memiliki keahlian untuk menafsirkan teks. Dengan memiliki kemampuan produksi konten ini, pengguna media sosial tidak akan bergantung pada hasil karya orang lain untuk disebarkan yang ada kemungkinan adalah hoaks.

Penelitian yang berkelanjutan masih sangat dibutuhkan untuk memahami mengapa kita, dengan latar belakang yang berbeda-beda, ternyata masih memiliki kecenderungan untuk menyebarkan hoaks. Salah satu yang perlu diteliti adalah kemungkinan hoaks sebagai sebuah permasalahan filosofis yang bertentangan dengan kebenaran..

Dengan mengutip ekonom Hunt Allcott dan Matthew Gentzkow dari Biro Penelitian Ekonomi di Amerika Serikat, kita memiliki masalah yang besar tentang siapa yang berhak memutuskan kebenaran sebuah artikel atau status media sosial.

The Conversation

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI