Studi di Jabar: Orang yang Sering Akses Internet Lebih Gemar Sebar Hoaks

Liberty Jemadu Suara.Com
Rabu, 20 Februari 2019 | 07:10 WIB
Studi di Jabar: Orang yang Sering Akses Internet Lebih Gemar Sebar Hoaks
Ilustrasi informasi palsu alias hoaks. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Survei kami menunjukkan bahwa setiap kategori umur mempunyai kecenderungan yang hampir sama dalam menyebarkan hoaks. Artinya baik yang muda maupun tua, responden kami mempunyai tingkat kecenderungan yang sama dalam menyebarkan hoaks. Dengan begitu, kami pun tidak bisa menyimpulkan adanya hubungan antara usia dan kecenderungan menyebarkan hoaks. Terlihat dalam grafik di atas, hal ini juga berlaku pada faktor demografis yang lain yaitu jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

Satu-satunya faktor demografis yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk menyebarkan hoaks adalah besaran pengeluaran untuk biaya internet. Semakin tinggi tingkat pengeluaran internet seseorang maka semakin meningkatnya kecenderungan orang tersebut dalam menyebarkan hoaks. Penelitian kami mencatat setiap kenaikan Rp 50,000 per bulan untuk Internet, seorang semakin rentan menyebarkan hoaks.

Faktor-faktor lain

Selain faktor demografis, semakin tinggi kepercayaan seseorang terhadap konspirasi juga meningkatkan kecenderungan untuk menyebarkan hoaks. Kepercayaan terhadap konspirasi ini didefinisikan sebagai “asumsi tidak perlu tentang adanya konspirasi ketika ada penjelasan lain yang lebih memungkinkan”. Contohnya adalah kepercayaan orang yang menganggap calon presiden petahana Joko “Jokowi” Widodo sebagai antek Cina yang ingin menjajah Indonesia dengan membawa 10 juta tenaga kerja asing Cina.

Orang yang merasa dirinya pemimpin yang berpengaruh (opinion leader) dalam sebuah kelompok juga memperbesar kecenderungannya untuk menyebarkan hoaks.

Faktor agama juga berpengaruh. Survei kami menunjukkan bahwa mereka yang rendah kepercayaan agamanya akan lebih rentan menyebarkan hoaks. Namun, temuan ini punya kemungkinan bias-di Indonesia, orang cenderung menjawab secara positif ketika ditanyakan soal agamanya.

Selain itu, survei kami juga mencatat bahwa mereka yang tidak percaya diri dengan kecakapannya bermedia sosial mempunyai kecenderungan lebih tinggi dalam menyebarkan hoaks. Seseorang dianggap cakap dalam bermedia sosial ketika dirinya bukan hanya konsumen konten tapi juga terampil dalam produksi konten. Kepercayaan diri bermedia sosial ini tidak berhubungan dengan tingkat pengeluaran untuk internet.

Temuan penting lainnya

Temuan penting lainnya dalam survei kami menunjukkan bahwa hampir 70% dari responden kami di Jawa Barat memiliki kecenderungan yang rendah untuk menyebarkan hoaks.

Temuan kami ini selaras dengan penelitian sebelumnya di AS yang menunjukkan bahwa tingkat penyebaran hoaks rendah dan kecenderungan orang menyebarkan hoaks berada dalam level yang lebih rendah lagi. Hoaks yang tersebar lebih karena ketidaksengajaan dan emosi orang awam yang dimanipulasi oleh orang-orang dengan motif politik atau ekonomi di internet.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI