E-commerce 4.0: Dagang Online dan Offline Akan Terintegrasi

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 19 Februari 2019 | 22:05 WIB
E-commerce 4.0: Dagang Online dan Offline Akan Terintegrasi
Ilustrasi belanja online. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Revolusi e-commerce 4.0 yang sudah di depan mata dinilai tidak akan mematikan toko-toko offline, tetapi justru akan mengintegrasikan platform dagang online dengan offline.

"Tidak benar e-commerce 4.0 akan meniadakan offline, tapi integrasi," kata Yustinus Prasowo, seorang pengamat ekonomi dan perpajakan yang berbicara sebagai salah satu narasumber dalam diskusi bertajuk E-commerce 4.0 What's Next yang digelar Ipsos Indonesia di Jakarta, Selasa (19/2/2019).

Lembaga riset Ipsos Indonesia mencatat platform e-commerce di Indonesia sudah ada pada era 1990-an. Menurut catatan mereka, salah satu pelopor pada E-commerce 1.0 tersebut adalah Indonet, namun platform mereka berbeda dengan e-commerce yang sekarang ada.

E-commerce pada waktu itu berupa katalog elektronik berupa harga dan deskripsi produk.

Pemain lainnya, Bhinneka muncul pada era berikutnya E-commerce 2.0. Karakteristik e-commerce pada zaman ini berbeda dengan generasi sebelumnya, e-commerce menjadi kanal resmi untuk mendatangkan pendapatan bagi perusahaan.

Perkembangan pesat e-commerce selama lima tahun terakhir akhirnya menghadirkan E-commerce 3.0, berupa platform marketplace dan terpisah dari perusahaan induk. E-commerce menggandeng banyak pihak untuk masuk ke platform mereka.

Memasuki era E-commerce 4.0, banyak kekhawatiran e-commerce akan menggantikan toko fisik melihat situasi saat ini, padahal menurut Yustinus anggapan tersebut merupakan persepsi salah paham.

"E-commerce 4.0 itu kolaborasi," kata dia.

Kolaborasi antara toko online dengan toko offline dikenal dengan istilah online to offline atau O2O. Misalnya, jelas dia, berbelanja melalui platform online kemudian mengambil barang langsung di toko fisik terdekat.

Kolaborasi O2O menurut Yustinus akan menciptakan lapangan pekerjaan baru karena sistem ini membutuhkan gerai fisik atau gudang (warehouse).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI