Produksi biji-bijian, sayuran, buah-buahan dan tanaman lainnya telah meningkat 35 persen hingga 40 persen sejak tahun 2000. Sehingga kedua negara memberi makan populasi besar mereka.
Masa depan tren penghijauan dapat berubah tergantung pada banyak faktor. Sebagai contoh, India mungkin kekurangan irigasi air tanah.
Pada gambaran global, para ilmuwan baru-baru ini memperingatkan bahwa CO2 di atmosfer dapat mencapai tingkat rekor tahun ini sebagai akibat dari pemanasan di Pasifik tropis yang kemungkinan akan mengurangi penyerapan CO2 pada tanaman.
"Sekarang kita tahu bahwa pengaruh langsung manusia adalah pendorong utama penghijauan Bumi, kita perlu memasukkan faktor ini ke dalam model iklim kita. Ini akan membantu para ilmuwan membuat prediksi yang lebih baik tentang perilaku berbagai sistem Bumi, yang akan membantu negara membuat keputusan yang lebih baik tentang bagaimana dan kapan harus mengambil tindakan," kata Rama Nemani, dari Ames Research Center NASA, salah satu penulis karya tersebut.
Baca Juga: NASA Ungkap Letusan Gunung Agung Bisa Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim
Ilmuwan yang pertama kali melihat tren pemanasan, Prof Ranga Myneni dari Boston University, mengulangi peringatan sebelumnya kepada BBC News bahwa pertumbuhan pohon tambahan tidak akan mengimbangi pemanasan global, naiknya permukaan laut, pencairan gletser, pengasaman laut, hilangnya laut Arktik es, dan prediksi badai tropis yang lebih parah.
Tetapi diakui bahwa meskipun penyerapan karbon dari tanaman diperhitungkan dalam model Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), itu tetap menjadi salah satu sumber utama ketidakpastian dalam prakiraan iklim di masa depan.
Penelitian ini dilakukan ketika lembaga think tank yang berbasis di Inggris, IPPR, memperingatkan bahwa pemerintah tidak boleh memusatkan perhatian secara sempit pada satu masalah lingkungan, tetapi mengakui banyaknya masalah lingkungan yang dihadapi dunia, termasuk hilangnya tanah yang sudah mengurangi kesuburan di banyak daerah.