Suara.com - Pada awal Januari 2019, China National Space Administration (CNSA) berhasil mendaratkan wahana antariksa Chang'e-4 di sisi jauh Bulan. Lalu, pada pertengahan Januari, wahana antariksa tersebut dilaporkan memasuki mode hibernasi untuk mengantisipasi malam hari pertamanya di Bulan.
Berbeda dengan siang dan malam di Bumi yang hanya berlangsung masing-masing sekitar 12 jam, siang dan malam hari di Bulan berlangsung selama 29,5 hari Bumi.
Namun, menurut data dari Chang'e-4 yang kini telah 'terbangun' dari hibernasi, suhu malam hari di Bulan lebih dingin daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Data ilmiah yang dikirimkan Chang'e-4 menyatakan bahwa suhu di permukaan Bulan turun hingga minus 190 derajat Celcius selama malam hari di sana. Suhu tersebut lebih dingin dari perkiraan sebelumnya yang diprediksi sekitar minus 170 derajat Celcius.
Baca Juga: Momen Langka, Penampakkan Bulan Penuh Berdampingan dengan Bumi
Menurut studi yang dilakukan para astronom China, perbedaan suhu tersebut disebabkan oleh perbedaan komposisi tanah Bulan. Perkiraan awal itu dilakukan oleh astronot misi Apollo yang mendarat di sisi dekat Bulan. Sementara, Chang'e-4 mendarat di sisi jauh Bulan.
Dilansir dari phys.org, meskipun perbedaan tanah di Bulan bisa menjadi salah satu penyebabnya, namun para astronom masih melakukan penelitian untuk menentukan penyebab pasti yang sebenarnya.
Berkebalikan dengan malam hari, suhu pada siang hari di Bulan dikabarkan sangat panas, yaitu sekitar 100 derajat Celcius. Perbedaan yang terlalu signifikan tersebut disebabkan karena Bulan tidak memiliki atmosfer yang tebal untuk dapat menahan panas.