Dua Mahasiswa UGM Ini Kembangkan Lampu Darurat Ramah Lingkungan

Jum'at, 01 Februari 2019 | 15:51 WIB
Dua Mahasiswa UGM Ini Kembangkan Lampu Darurat Ramah Lingkungan
Lampu hemat energi. (Dok. Universitas Gadjah Mada)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teknologi ramah lingkungan dan hemat energi menjadi salah satu fokus utama penelitian yang sedang mengembangkan teknologi terbaru, termasuk mahasiswi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang berhasil mengembangkan inovasi lampu darurat (emergency) hemat energi yang ramah lingkungan.

Dua mahasiswi ini merupakan adik kakak asal Blora, Jawa Tengah, yakni Fadhiela Noer Hafiezha (S1 Teknik Mesin) dan Chaieydha Noer Hafiezha (S2 Fakultas Pertanian).

Lampu hemat energi tersebut dinamai La Helist (Lampu Hemat Listrik) ini mampu menjadi solusi bagi masyarakat dalam situasi darurat saat terjadi pemadaman listrik di malam hari bahkan saat lampu padam

Teknologi tersebut memanfaatkan fitting lampu yang dimodifikasi sehingga menghasilkan lampu dengan terang yang tidak berbeda seperti lampu yang menggunakan daya listrik PLN.

Baca Juga: Penelitian, Bermain Fortnite dan PUBG Dapat Tingkatkan Produktivitas Kerja

Lampu hemat listrik La Helis. (Dok. Universitas Gadjah Mada)
Lampu hemat listrik La Helis. (Dok. Universitas Gadjah Mada)

Fadhiela mengatakan bahwa pengembangan lampu emergency hemat energi ini terinspirasi dari seringnya pemadaman listrik di daerah asalnya, Blora. Pemadaman listrik kerap terjadi, terlebih dikala musim hujan. Hal tersebut menjadikan aktivitas masyarakat terganggu.

''Di Blora sering terjadi pemadaman listrik dan masyarakat masih sering memakai lilin untuk penerangan saat listrik padam, sementara penggunaan lilin berpotensi terjadi kebakaran saat ditinggal tidur. Untuk itulah kami mengembangkan lampu emergency dari led dan menggunakan batu baterai yang aman dan praktis,'' paparnya, Kamis (31/1) saat Konferensi Pers di Kantor Humas UGM.

Lampu darurat ini terbuat dari material lokal dan mudah diperoleh di pasaran. Komponen penyusun La Helist di antaranya lampu led, fitiing lampu, trafo ferit, kumparan email, resistor, tarnsistor, saklar, serta batu baterai.

Mereka juga mengaku pembuatan lampu ini tidak sulit karena materialnya mudah didapat, bahkan khusus ferit dari limbah lampu yang tidak terpakai.

Untuk menghidupkan lampu menggunakan energi dari baterai kecil tipe AA 1,5 Volt yang biasa dipakai untuk baterai jam dinding. Dikembangkan dalam dua jenis yakni berdaya 3 watt dan 9 watt.

Baca Juga: Intip 5 Tips Berikut Agar Tak Kena Modus Foto Bugil Penelitian Kedokteran

La Helist didesain secara minimalis dilengkapi dengan saklar sehingga dapat dibawa kemana-mana dan dihidupkan kapan saja tanpa tergantung akan aliran listrik PLN.

Selain untuk hemat energi, lampu ini mampu menyala hingga 12 jam dan juga lebih aman digunakan dibanding menggunakan lilin saat mati listrik.

Fadhiela menyebutkan pembuatan lampu ini cukup sederhana. Hanya saja membutuhkan ketelitian dan kesabaran dalam mengerjakan rangkaian lampunya.

Lampu hemat listrik La Helis. (Dok. Universitas Gadjah Mada)
Lampu hemat listrik La Helis. (Dok. Universitas Gadjah Mada)

''Dalam sehari mampu menghasilkan 15 hingga 20 lampu emergency,'' jelasnya.

Lampu hemat energi La Helist sendiri telah diproduksi secara massal di Blora. Dalam produksinya mereka dibantu tiga karyawan yang berlaku sebagai teknisi. La Helist dijual dengan harga terjangkau yakni Rp. 50.000,- untuk lampu berdaya 3 watt dan Rp. 90.000,- untuk daya 9 watt.

''Pemesanan sudah menjangkau wilayah Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,'' imbuh Chaiyedha.

Mereka berharap kehadiran lampu emergency yang mereka buat bisa memberikan manfaat bagi masyarkat. Kedepan keduanya akan terus mengembangkan lampu dengan menaikkan tegangan dari 1,5 volt menjadi 3 volt dengan baterai recharge agar dapat dipakai untuk penerangan rumah tangga nantinya.(HiTekno.com)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI