Sembilan Tsunami Sapu Indonesia di 14 Tahun Terakhir

Liberty Jemadu Suara.Com
Jum'at, 01 Februari 2019 | 06:10 WIB
Sembilan Tsunami Sapu Indonesia di 14 Tahun Terakhir
Suasana setelah gempa bumi dan tsunami menghantam Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9). [AFP/OLA GONDRONK]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Ikatan Ahli Tsunami Indonesia (IATsI) Gegar S Prasetya mengatakan selama 14 tahun terakhir telah terjadi sembilan kali tsunami di Indonesia.

"Kapan berikutnya? Sudah beberapa kali terjadi tsunami di Indonesia dan kita masih selalu membicarakan hal yang sama," kata Gegar dalam salah satu sesi Disaster Outlook 2019 yang diadakan di Jakarta, Kamis (31/1/2019).

Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 barangkali menjadi tsunami terbesar yang masih ada dalam ingatan sebagian besar masyarakat Indonesia.

Namun, setelah itu kembali terjadi tsunami dengan skala yang berbeda-beda seperti di Nias (2005) yang didahului gempa, Jawa bagian selatan (2006), Bengkulu (2007), Mentawai (2010), Aceh (2012) didahului gempa di lepas pantai barat Sumatera, Lombok (2018), Palu (2018) dan Selat Sunda (2018) akibat letusan Gunung Anak Krakatau.

"Sejak tsunami Flores yang terjadi 1992, sudah ada 20 kali tsunami di Indonesia," ujarnya.

Gegar mengatakan para ahli tsunami sudah berusaha melakukan berbagai penelitian untuk mengurangi dampak tsunami, misalnya dengan pembangunan tanggul di lepas pantai.

"Namun, tanggul ternyata tidak bisa menghalau tsunami, hanya bisa untuk menghalau ombak. Panjang gelombang tsunami dengan ombak berbeda. Kegagalan itu terbukti dalam tsunami Jepang pada 2011," jelasnya.

Gegar menjadi salah satu pembicara dalam salah satu sesi Disaster Outlook 2019 yang diadakan Aksi Cepat Tanggap (ACT), bekerja sama dengan Asia Pacific Alliance for Disaster Management Indonesia, Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) dan Disaster Management Institute of Indonesia (DMII).

Selain Gegar, pembicara lain dalam sesi tersebut adalah ahli geofisika Universitas Mataram Teti Zubaidah, peneliti geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman Natawidjaja dan Kepala Subbidang Prediksi Cuaca Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI