Suara.com - Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) mengklaim bahwa peminat domain .id tidak hanya berasal dari masyarakat Indonesia, namun juga oleh pengguna internet mancanegara.
Hal ini dipaparkan dalam laporan tahunan pengguna domain .id yang dihimpun PANDI sepanjang tahun 2018. Sejak pemerintah memperbolehkan orang luar negeri untuk memakai domain asli Indonesia tersebut, peminat mancanegara untuk domain.id kian melambung.
“Minat luar negeri ke domain .id itu besar dan sekarang, memang domain .id itu boleh untuk asing. Hingga akhir tahun 2018, ada sekitar 10.000 orang luar negeri yang mendaftarkan domain ini,” ujar CEO PANDI Andi Budimansyah di Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Per Desember 2018, penyebaran domain .id di luar negeri mencapai 3,65 persen dari total pengguna domain sebesar 10.274. Amerika Serikat berada di urutan pertama bagi konsumen luar negeri yang menggunakan domain ini. Posisi kedua disusul oleh pengguna yang berasal dari wilayah Asia Pasifik dan Eropa.
Andi juga menambahkan, alasan orang luar negeri meminati domain .id adalah karena mereka mengidentikkan id dengan identitas (identity).
"Bagi mereka (orang luar negeri), .id dimaknai sebagai identitas. Jadi, mereka menganggap domain tersebut sebagai perwujudan dari jati diri alamat website yang mereka buat," imbuhnya.
Oleh karena itu, Andi menghimbau kepada masyarakat Indonesia yang ingin membuat website agar menggunakan domain .id. Pasalnya, pertumbuhan pengguna asing untuk domain ini diproyeksikan akan meningkat tiap tahunnya.
"Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk menggunakan domain .id agar tidak disalip orang luar. Soalnya, kita juga tidak bisa menolak permintaan mereka (orang luar negeri) jika nama website yang diminta masih available," tegas Andi.
Hal menarik lainnya yang diungkap PANDI dalam laporan tahunannya adalah pola pikir pengguna internet yang mulai berinvestasi pada nama website.
"Meski website belum diisi konten, ada beberapa konsumen kami yang menjadikan nama website mereka sebagai investasi jangka panjang. Jadi, mereka hanya membayar sewa domain tahunan agar website tersebut tetap aktif dan memiliki nilai ekonomi," tutup pria berkacamata ini.