Suara.com - PT. Pasifik Satelit Nusantara (PSN) segera meluncurkan Satelit Nusantara Satu pada 18 Februari mendatang di Florida, Amerika Serikat.
Satelit yang mulanya bernama PSN VI ini, menjadi satelit pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dan teknologi Next Generation Electric Propulsion.
Teknologi HTS sendiri memberikan layanan internet broadband dengan kapasitas jauh lebih besar, dibandingkan dengan satelit konvensional yang saat ini ada di Indonesia. Sementara teknologi Electric Propulsion membuat satelit menjadi lebih ringan, sehingga bisa menekan biaya operasional dengan lebih efektif.
"Satelit Nusatara Satu merupakan satelit broadband dengan kapasitas tertinggi dan kami berharap dapat semakin memperkuat posisi PSN sebagai pemain utama di industri satelit Indonesia, sekaligus menjadikan PSN sebagai solusi untuk kebutuhan internet masyarakat Indonesia yang kian meningkat," ujar Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso di kawasan Kuningan, Jakarta, pada Rabu (23/1/2019).
Baca Juga: Menkominfo: 150 Ribu Situs Publik Akan Dilayani Oleh Satelit Multifungsi
Sementara itu, proyek Nusantara Satu terealisasi berkat kerja sama PSN dengan Export Development Canada (EDC). Perusahaan asal Kanada itu menginvestasikan dana tak kurang dari 230 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,26 triliun (1 dolar AS = Rp 14.184,87) untuk membuat satelit ini.
Sedangkan untuk pembuatan satelit, PSN menyerahkannya kepada Space System Loral asal Amerika Serikat.
Satelit buatan SSL ini menggunakan platform SSL-1300 140 dengan usia desain selama 15 tahun dan 20 tahun secara teknis. Nusantara Satu juga memiliki 52 transponder terdiri dari 38 transponder C/Ext-C band dsn 8 spotbeam Ku-Band dengan total kapasitas hingga 15 Gbps.
Sedangkan berat satelit saat peluncuran mencapai 4.735 kg dan memiliki Spacecraft Power sebesar 9985 watt. Dalam peluncurannya sendiri, Satelit Nusantara Satu akan memakai roket Falcon 9 racikan Space X milik pengusaha Elon Musk.
Setelah meluncur, satelit ini akan ditempatkan pada slot orbit 146° BT atau tepat di atas Tanah Papua, Indonesia. Sementara pusat pengendali satelit berpusat di Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Baca Juga: Rekaman Satelit Singkap Misteri Anak Kraktau dan Tsunami Anyer