ATSI: Industri Telekomunikasi Alami Kontraksi

Dythia Novianty Suara.Com
Kamis, 17 Januari 2019 | 16:38 WIB
ATSI: Industri Telekomunikasi Alami Kontraksi
Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Ririek Ardiansyah (kiri). (Suara.com/Aditya Gema)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), Ririek Ardiansyah, mengungkapkan kondisi terkini industri telekomunikasi di Tanah Air. Pertama kalinya dalam sejarah, Ririek mengatakan bahwa industri telekomunikasi di Indonesia mengalami pertumbuhan negatif atau kontraksi.

Di sepanjang tahun 2018, pendapatan para operator seluler mencapai Rp 148 triliun, minus 6,4 persen bila dibandingkan dengan tahun 2017.

"Industri telekomunikasi di tahun 2018 memang tidak begitu menggembirakan. Laporannya memang belum keluar semua. Tapi estimasi saya sampai setahun penuh, industri telekomunikasi kira-kira tumbuh di minus 6,4 persen," ujar Ririek dalam sebuah seminar bertajuk 'Meneropong Wajah Industri Telekomunikasi 2019', di Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Menurut Ririek yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Telkomsel, penurunan ini dipengaruhi berbagai faktor. Mulai dari penurunan layanan voice/SMS yang telah digantikan layanan baru dari penyelenggara Over the Top (OTT), perang tarif antar operator di layanan data, serta regulasi registrasi kartu SIM.

"Dalam jangka pendek, regulasi registrasi SIM card seperti yang terjadi di banyak negara lain akan menurunkan revenue dari operator, karena sebagian pelanggannya otomatis diamputasi. Tapi, untuk dampak jangka panjangnya sangat bagus. Tidak hanya bagi industri telekomunikasi, tetapi juga untuk seluruh pelaku digital, termasuk pemerintah," imbuh Ririek.

Baca Juga: Curang saat Registrasi, ATSI Bakal Ambil Tindakan Tegas

Di sisi lain, Ririek juga mengatakan bahwa tarif layanan data di Indonesia merupakan salah satu yang termurah di dunia. Sementara rata-rata pemakaian data pengguna internet di Indonesia mencapai 3,5 GB, terbilang masih rendah untuk di kawasan Asia.

Meski begitu, Ririek optimis bahwa industri telekomunikasi di Indonesia masih memiliki peluang berkembang di masa depan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan konsumsi layanan data diiringi dengan peningkatan penetrasi ponsel yang semakin besar.

ATSI memperkirakan, rata-rata konsumsi layanan data diprediksi akan naik hingga sekitar 37 persen year on year (YoY) dari 3,5 GB di 2018 menjadi 4,8 GB di 2019.

"Bila harga layanan data lebih rasional, hal ini juga diharapkan bisa meningkatkan pendapatan industri," tutup Ririek.

Baca Juga: ATSI: Daftar Ulang Kartu SIM Bisa Dilakukan Meski Tak Punya Pulsa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI