Sempat Bertunas, Benih Kapas Cina di Bulan Akhirnya Mati

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 17 Januari 2019 | 08:26 WIB
Sempat Bertunas, Benih Kapas Cina di Bulan Akhirnya Mati
Yutu 2, kendaraan robotik milik badan antariksa Cina, mendarat dari wahana Chang'e-4 di sisi jauh Bulan pada Kamis (3/1). [AFP/CNSA)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Benih tanaman kapas yang dibawa Cina ke Bulan dan sempat dilaporkan bertunas pada Rabu kemarin pada akhirnya mati karena tak tahan menghadapi dinginnya permukaan Bulan, demikian dilaporkan Live Science.

Seperti diwartakan sebelumnya, Cina turut membawa beberapa benih tumbuhan dan telur lalat buah di dalam sebuah tabung logam ke permukaan Bulan. Cina, dengan wahana antariksa Chang'e-4, memang negara pertama di dunia yang berhasil mendarat di sisi jauh Bulan pada 3 Januari kemarin.

Sebelumnya juga diwartakan pada Rabu (16/1/2019), bahwa benih atau bibit kapas - salah satu benih yang dibawa Cina ke Bulan - berhasil bertunas. Dengan demikian Cina juga menjadi negara pertama di dunia yang berhasil menumbuhkan tanaman di Bulan.

Tetapi sayang, sebuah laporan terbaru mengungkap bahwa tumbuhan yang baru bertunas itu sudah mati. Liu Hanlong, pemimpin eksperimen Cina di Bulan itu, menjelaskan bahwa ketika malam menyelimuti Bulan, suhu turun menjadi sekitar -52 derajat Celcius dan bahkan bisa mencapai -180 derajat Celcius.

Menurut Space.com, tabung yang digunakan Cina untuk menyimpan benih-benih dan telur lalat buah itu tak dilengkapi pemanas.

Perlu pula diingat bahwa lamanya malam di Bulan setara dengan dua minggu (sekitar 14 hari) di Bumi, karena untuk berotasi penuh, Bulan butuh waktu setara dengan 27 hari di Bumi. Sebagai pembanding, Bumi hanya butuh 24 jam untuk berotasi.

Alhasil tunas kapas yang bersama benih lain dimasukkan ke dalam sebuah tabung logam itu mati kedinginan dan membeku. Matinya tunas kapas itu juga disebut mengakhiri eksperimen Cina untuk mempelajari potensi kehidupan di Bulan.

Tadinya benih-benih dan telur lalat dibawa Cina ke Bulan untuk membentuk sebuah biosfer atau lingkungan hidup buatan berskala kecil. Benih-benih itu diharapkan tumbuh dan menghasilkan oksigen, lalu oksigen dimanfaatkan oleh lalat buah untuk bernafas, dan kemudian karbon dioksida yang dihasilkan lalat buah akan dipakai tanaman untuk berfotosintesis.

Hasil dari eksperimen itu diharapkan bisa digunakan untuk membantu para astronot bertani di luar angkasa dalam misi-misi petualangan ke antariksa jauh, semisal ke Mars, yang memakan waktu lama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI