Suara.com - Orang-orang di sebagian besar Bumi bagian utara, dan beberapa kawasan di Amerika Selatan serta Afrika, akan menikmati gerhana bulan total pada 20 - 21 Januari nanti. Itu adalah gerhana bulan terakhir mereka hingga 2022 mendatang.
Bagi mereka yang tinggal di Eropa dan Afrika, gerhana bulan total akan dimulai menjelang subuh. Sementara bagi mereka di Amerika Utara dan Selatan, gerhana bulan total akan bisa dinikmati pada awal dan tengah malam.
Gerhana bulan total akan berlangsung selama satu jam, demikian menurut badan antariksa Amerika Serikat (NASA).
Selama gerhana, Bulan akan terlihat memerah. Fenomena ini lazim disebut blood moon. Rona merah pada Bulan itu disebut sama ketika Matahari berubah jingga atau merah saat terbenam.
Menurut Walter Freeman, fisikawan pada Universitas Syracuse, Amerika Serikat, Bulan memerah ketiga gerhana karena cahaya Matahari yang meneranginya dibiaskan oleh atmofer Bumi.
"Alhasil, alih-alih cemerlang dan berwarna putih, kita akan melihat Bulan sangat redup dan memerah," imbuh Freeman.
Gerhana bulan total biasanya terjadi satu sampai tiga kali setahun. Tetapi setelah gerhana bulan total pekan depan, orang-orang di Amerika dan Eropa baru akan menikmati fenomena serupa di Mei 2022.
Adapun pada tanggal yang sama orang di Asia termasuk Indonesia akan menikmati fenomena Bulan Super atau Supermoon. Pada 21 Januari malam, Bulan Purnama akan terlihat sejak Matahari terbenam hingga fajar.
"Bulan Purnama ini termasuk Bulan Purnama Perigee atau Bulan Super karena Bulan memasuki fase purnama saat berada pada jarak terdekat dengan Bumi," tulis media astronomi Langit Selatan.
Bulan akan mencapai titik terdekatnya (Bulan di pergiee) dengan Bumi pada 22 Januari mendatang. Ketika itu Bulan hanya sejauh 357.342 km dari Bumi. (AFP/Langit Selatan)