Tsunami setinggi 100 kaki atau 30,5 meter langsung tercipta setelah ledakan terjadi.
Ledakan Gunung Krakatau tersebut melemparkan batu apung sejauh 5.331 kilometer 10 hari kemudian.
Korban yang tewas mencapai 36.489 orang dan ledakan itu berhasil menghilangkan 165 desa serta hampir menghancurkan 132 desa lainnya.
Dalam penjelasan detail di situs resmi NASA, gunung Anak Krakatau merupakan laboratorium alami untuk menyaksikan perkembangan suatu ekosistem.
Semua tanaman yang terlihat tumbuh di pulau sekitar gunung Anak Krakatau berasal dari biji yang melayang di laut.
Dikutip dari earthobservatory.nasa.gov, satelit NASA juga pernah mengabadikan gambar yang ''langka'' pada gunung Anak Krakatau.
Diambil pada tanggal 22 September 2018 lalu, Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) pada satelit Aqua NASA berhasil mengabadikan tampilan gunung Anak Krakatau.
NASA mengatakan bahwa pada saat itu terdapat pemandangan yang ''tidak biasa'' dan belum pernah terjadi pada gunung Anak Krakatau.
Sangat jarang gunung berapi ''terbebas dari awan'' sehingga mereka dengan mudah bisa mengabadikan gunung bersejarah tersebut.
Pengamatan NASA hanya terbatas pada laboratorium dan ekosistem alami serta penampakan gunung Anak Krakatau dari luar angkasa.