Suara.com - Super Blood Moon akan terjadi lagi pada 21 Januari 2019 mendatang. Sayangnya, Indonesia tidak akan bisa mengamati peristiwa langit tersebut.
Dilansir dari infografik yang dibagikan Eclipse Wise, Gerhana Bulan Total hanya akan terlihat di sebagian besar wilayah Amerika Utara, Amerika Selatan, serta wilayah barat dan utara Eropa. Sementara itu, sebagian wilayah Eropa lainnya maupun Afrika dan secuil wilayah Asia dapat melihat fase akhir dari peristiwa Gerhana Bulan Total tersebut.
Di Indonesia sendiri, Bulan telah terbenam saat gerhana tersebut berlangsung dan Matahari juga telah terbit di wilayah Indonesia saat puncak Super Blood Moon terjadi. Oleh karena itu, Indonesia tidak dapat menyaksikan peristiwa tersebut.
Nantinya, Bulan akan mulai memasuki bayangan Bumi tepat pada pukul 09:30 WIB dengan gerhana maksimum yang berlangsung pada pukul 12:15 WIB. Secara total, seluruh gerhana akan berlangsung selama lebih dari lima jam. Indonesia baru akan melihat Gerhana Bulan Total kembali pada 8 November 2022 mendatang.
Baca Juga: Kapan Gerhana Bulan Total Akan Terjadi Lagi di Indonesia?
Pada dasarnya, Super Blood Moon adalah peristiwa Gerhana Bulan Total, di mana posisi Bumi, Matahari, dan Bulan berada dalam syzygy, istilah dari bahasa Yunani yang berarti kesejajaran.
Saat peristiwa ini terjadi, Bumi akan berada di antara Matahari dan Bulan. Kondisi ini membuat cahaya Matahari yang seharusnya diterima Bulan akan terhalang Bumi. Alih-alih menjadi gelap, nantinya Bulan akan tampak berwarna merah seperti darah sehingga dijuluki "Blood Moon".
Warna merah pada Bulan berasal dari cahaya Matahari yang akan melewati atmosfer Bumi, sehingga terbiaskan saat mencapai permukaan Bulan. Tingkat warna merahnya akan bergantung pada debu yang berada di atmosfer Bumi saat puncak gerhana terjadi.
Tak hanya itu, Bulan akan terlihat tampak sangat besar dari pandangan Bumi. Hal ini dikarenakan Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi atau dalam astronomi disebut dengan Perigee.