Suara.com - Pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim, masuk dalam daftar Bloomberg 50 yang berisi tokoh-tokoh dari latar belakang bisnis, hiburan, keuangan, politik, teknologi, dan sains yang memiliki pencapaian menonjol pada 2018.
"Tak ada aplikasi lain yang bisa mengubah kehidupan perkotaan Indonesia secepat dan mendalam seperti Go-Jek, yang sejak 2015 dikembangkan oleh Makarim dari aplikasi yang fokus pada taksi sepeda motor menjadi alat untuk membayar tagihan, memesan makan siang, hingga memanggil pembersih rumah," tulis Bloomberg.
Bloomberg juga menyorot keberhasilan Go-Jek mengembangkan layanannya hingga ke Singapura, Vietnam, dan wilayah lain di Asia Tenggara. Go-Jek disebut berhasil mendulang investasi, sehingga nilai perusahaan itu menembus angka 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 72,8 triliun.
Seperti dikutip dari Antara, Nadiem menempuh pendidikan sarjana jurusan hubungan internasional di Brown University, Amerika Serikat pada 2002. Lulus tahun 2006, dia kemudian melanjutkan studinya mengambil pasca-sarjana jurusan bisnis di Harvard Business School pada 2009.
Sebelum melanjutkan studi, dia sempat bekerja di perusahan konsultan manajemen multinasional McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar Master of Business Administration, Nadiem menduduki posisi Managing Director di Zalora Indonesia pada 2011.
Pada saat itu, Nadiem tengah merintis Go-Jek. Setelah 10 bulan menduduki posisi tersebut, Nadiem kemudian meninggalkan Zalora dan menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku. Selang satu tahun, Nadiem kemudian undur diri untuk fokus mengembangkan Go-Jek.
Sukses mengembangkan Go-Jek, Nadiem, dalam acara Google for Indonesia yang digelar di Jakarta, pekan lalu, Selasa (4/12/2018), mengatakan bahwa keberhasilannya adalah berkat proses belajar yang panjang.
"Jika saya harus memilih hal utama yang saya pelajari adalah pentingnya orang," ujar Nadiem yang juga menerima penghargaan "Asian of The Year", individu paling berpengaruh di Asia oleh The Strait Times pada 2016.
Menurut dia, meski sebuah perusahaan rintisan telah memiliki cukup pendanaan atau produk teknologi yang berkualitas, namun keputusan untuk menaruh orang yang tepat untuk mengurus hal tertentu menjadi krusial.
"Tidak memaksa orang untuk melakukan sesuatu yang mungkin dia bagus dalam hal itu, tapi hal yang dia sangat memiliki passion di dalamnya," kata Nadiem.