Silvia dan Collins mengatakan akibat gelombang panas berkekuatan tinggi, lapisan garam di bawah permukaan Tall el-Hammam terangkat ke atas dan memenuhi permukaan tanah. Akibatnya tanah-tanah pertanian tak lagi subur dan tak bisa ditanami selama ratusan tahun.
Tall el-Hammam bukan satu-satunya tempat di dunia yang pernah diterpa gelombang kuat dan panas akibat ledakan meteor di langit. Ledakan serupa pernah terjadi di Tunguska di Rusia pada 1908 dan Chelyabisk, juga di Rusia, pada Februari 2013.
Tetapi ledakan meteor di Tall el-Hammam memang jauh lebih dasyat dibandingkan di dua wilayah Rusia itu. Ledakan meteor di Tall el-Hammam diperkirakan setara dengan ledakan yang dipicu oleh senjata nuklir berdaya ledak 10 megaton TNT.
Ledakan meteor di Chelyabisk, sebagai pembanding, memiliki daya ledak 400 sampai 500 kiloton TNT setara dengan 33 kali ledakan bon atom di Hiroshima, Jepang di penghujung Perang Dunia II.
Para peneliti dalam kesimpulannya mengatakan bahwa temuan mereka menarik, karena menunjukkan bahwa beberapa peristiwa yang dikisahkan dalam kitab-kita suci memang sering kali menggambarkan fakta sejarah.
Meski demikian mereka menekankan bahwa temuan itu juga sekaligus membantah kepercayaan bahwa kehancuran yang terjadi di Sodom adalah hukuman Tuhan atas perilaku homosekualitas seperi yang dijabarkan dalam kitab-kitab suci agama Samawi.
"Itu adalah sebuah bencana alam yang berujung pada kehancuran total, yang memicu lahirnya kisah-kisah dongeng dan bahwa apa yang tadinya dikira sebagai karya Tuhan sebenarnya hanyalah peristiwa alam biasa," jelas mereka. (Phys.org)