Suara.com - Boeing disebut tak memperingatkan Lion Air dan maskapai-maskapai penerbangan lain soal potensi bahaya yang tersembunyi di balik sebuah fitur kontrol penerbangan yang terpasang dalam pesawat terbarunya, Boeing 737 MAX.
Lion Air PK-LQP yang jatuh di Laut Jawa pada 28 Oktober lalu merupakan Boeing 737 MAX 8 yang baru dua bulan dioperasikan oleh Lion Air. Ratusan Boeing 737 MAX sudah dipesan oleh maskapai-maskapai di berbagai negara dan beberapa di antaranya sudah dioperasikan.
Dalam laporan The Wall Street Journal, Senin (12/11/2018), disebutkan bahwa potensi bahaya dalam fitur flight-control Boeing 737 MAX diduga turut berkontribusi dalam kecelakaan Lion Air PK-LQP yang menewaskan 189 orang itu.
Fitur itu sendiri dirancang untuk mencegah pilot menaikkan moncong pesawat terlalu tinggi dan membuat pesawat mengalami stall atau kehilangan daya dorong.
Tetapi fitur itu justru berbahaya, karena berpotensi memaksa pesawat menukik tanpa sebab dan dengan sangat kuat, sehingga pilot tak mampu mengangkat kembali moncong pesawat, bahkan ketika pesawat diterbangkan secara manual.
Boeing sendiri baru menginformasikan potensi bahaya ini dalam sebuah buletin berisi instruksi atau prosedur yang harus dilakukan pilot jika masalah seperti ini, yang diduga juga menimpa Lion Air PK-LQP, terjadi.
Menanggapi laporan itu, Boeing kepada CNBC mengatakan bahwa pihaknya yakin dengan faktor keamanan 737 MAX.
"Kami mengambil semua langkah yang diperlukan untuk benar-benar memahami semua aspek dalam kecelakaan itu, bekerja sama dengan tim investigasi dan semua otoritas yang terlibat," kata juru bicara Boeing.