Gandeng Ilmuwan UNPAD, WhatsApp Teliti Hoaks di Pilpres 2019

Liberty Jemadu Suara.Com
Selasa, 13 November 2018 | 18:38 WIB
Gandeng Ilmuwan UNPAD, WhatsApp Teliti Hoaks di Pilpres 2019
Aplikasi WhatsApp [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Kunto Adi Wibowo yang juga akademisi Universitas Padjadjaran bersama timnya, dipercaya WhatsApp untuk meneliti hoaks atau kebohongan saat kampanye pemilu di Indonesia.

Tim tersebut nantinya akan meneliti topik tentang misinformasi sebagai bagian tidak terpisahkan dari kampanye politik di Indonesia selama masa kampanye pemilu 2019, demikian siaran pers KedaiKOPI seperti yang diterima di Jakarta, Selasa (13/11/2018).

"Kami akan menggali bagaimana tim pemenangan dalam kampanye politik berstrategi dalam memanfaatkan dan menanggulangi misinformasi atau disinformasi, serta bagaimana pemilih mempersepsi strategi yang melibatkan misinformasi tersebut," kata Kunto.

Lebih lanjut, Kunto menegaskan hasil penelitian ini akan berguna dalam membuat strategi pendidikan bagi pemilih dalam menghadapi misinformasi yang senantiasa menjadi momok di setiap pemilu di Indonesia sejak 2014 serta menyusun regulasi yang membatasi eksploitasi misinformasi atau disinformasi oleh tim kampanye.

Sedangkan, WhatsApp dalam siaran pers nya menggarisbawahi ancaman misinformasi terhadap proses demokrasi dalam skala global.

"Oleh karena itu penelitian independen seperti yang dilakukan oleh Kunto akan memberikan kontribusi yang bermakna dalam membangun WhatsApp di masa mendatang," pesan tertulis Mrinalini Rao, kepala tim riset WhatsApp dari Amerika Serikat.

Riset yang dikerjakan Kunto itu sendiri merupakan satu dari 20 proyek riset yang didanai WhatsApp di 11 negara. Riset-riset itu sendiri akan fokus pada penyebaran misinformasi melalui WhatsApp.

Di Indonesia, selain Kunto, WhatsApp juga mendanai sebuah riset yang dikerjakan oleh duo Novi Kurnia dari Universitas Gadjah Mada dan Engelbertus Wendratama dari PR2Media. Para peneliti dalam proyek-proyek riset itu akan menerima 50.000 dolar AS dari WhatsApp.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI